-Minggu, 8 Juli 2012 Hari terakhir di Rote Ndao
Kala itu adalah pagi yang cerah dan kami terbangun untuk memulai kegiatan yang terakhir di Rote. Pukul tujuh waktu setempat kami sudah bersiap- siap untuk berangkat ke Palabuhan Pantai Baru, karena kami mendengar berita bahwa Kapal laut sudah boleh berlayar. Yonna memberitahu bahwa kapal Feri lambat akan berangkat pukul 3 sore waktu setempat sesuai dengan jadwal biasanya, maka kami pun bersiap-siap dan mengemas barang.
Ka'Glory, Bapatua, Mamatua dan Eno |
Susie Mama Sabio dan Anak-anaknya |
Setelah itu saya mengambil foto keluarga di Dulosi untuk kenang-kenangan dan saya berjanji akan mengirimkan hasil fotonya suatu saat nanti. Seorang gadis kecil yang cantik dan berambut panjang, tampak enggan di foto. Selesai berfoto, ada kabar terbaru dari Yonna bahwa kapal laut baru akan berangkat dari Rote menuju Kupang pada pukul 6 pagi esok hari. Tak pelak kami pun menunda pergi ke pelabuhan untuk beberapa jam kemudian. Si Eno pun mengeluarkan idenya, "bagaimana jika bermain PS 2 di Batutua dulu lalu berangkat sore hari ke pelabuhan dan menginap di sana daripada kita berangkat malam hari karena lebih riskan". Baiklah rencana itu sepertinya bagus untuk dilakukan. Berangkat ke desa Batuta untuk bermain PS 2. Waktunya bermain dan setengah jam permainan datang lagi kabar dari Yonna bahwa kapal laut akan berangkat jam 3 sore dan harus sampai di pelabuhan jam 11 untuk mengantisipasi kehabisan tiket kapal lautnya. Sepintas dalam benak terasa jengkel karena kabar yang simpang siur terlebih saat itu saya dalam posisi kalah bermain, hehehe. Rencana pun berubah secepat kilat, saat itu sudah jam setengah sepuluh maka saya dan Eno harus meninggalkan permainan PS 2 yang belum selesai dan segera ke desa Dulosi untuk mengambil barang-barang kami. Kami hanya berpamitan singkat dengan keluarga Mama Kecil dan K'Samy yang ada di Batutua. Sampai di desa Dulosi, yang ada hanya Mamatua dan Bapatua sehingga kami hanya berpamitan kepada mereka sedangkan ka'Glory sedang pergi ke Gereja dan Fe'i masih belum bangun. Begitu pun dengan Susie Mama Sabio yang kami temui, kami hanya berpamitan singkat dan segera pergi. Saat diperjalanan kami terhalang beberapa kali oleh sapi dan kerbau yang seenaknya malang melintang melewati jalan dan bahkan ada sapa-sapi yang duduk seenaknya di tengah jalan (terlihat lucu memang sapi-sapi itu dan mengesalkan juga bagi kami karena sedang buru-buru). Kami melewati Ba'a dan singgah di toko souvenir untuk mengambil oleh-oleh yang sudah saya beli beberapa hari yang lalu dan bertemu Yonna di sana.
Yup, toko itu dengan adik Dhea yang imut beserta mamanya kami lalui pula dan kami berpisah dengan Yonna di suatu pertigaan. Cepat dan bertambah cepat laju motor di pacu sampai-sampai tak terasa bahwa bahan bakar motor mau habis dan kami tidak melihat penjual BBM eceran. Ada juga satu toko yang menjualnya dengan harga 8 rb per liter, mau-tak mau kami membeli nya sebanyak 2 liter dari pada harus mendorong motor sampai pelabuhan.
Gapura dekat Pelabuhan Pantai Baru |
Saat tiba di pelabuhan Pantai Baru, terlihat kendaraan sudah mengantri begitu pula dengan para penumpang yang ingin menuju Kupang sama seperti saya dan Eno. Kami segera membeli tiket kapal laut dan untungnya belum kehabisan tiket seperti yang di khawatirkan. Perut terasa lapar dan sambil menunggu kapal laut, saya dan Eno mencari makan di sekitar pelabuhan itu. Saat di rumah makan yang kami singgahi, saya memesan minum es teh manis, dan pemilik rumah makan itu berkata "di sini klo pesan es teh pasti manis" dan saya berkata "oh ya, berarti tidak ada yang tawar dong bu?", lalu Ibu itu menjawab "pasti selalu maniseee". Saat di rumah makan itu pula kami bertanya-tanya kepada salah seorang paman yang sedang makan juga, "kapal menuju Kupang berangkat jam berapa ya paman?", lalu paman itu yang merupakan salah seorang petugas pelabuhan menjawab "kapalnya akan tiba sebentar lagi tapi akan menginap malam ini baru esok hari sekitar jam 6 pagi baru berangkat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan", "lalu bagaimana dengan tiket yang sudah kami beli?", "tidak apa-apa, di simpan saja, itu masih berlaku untuk esok hari". Selesai makan kami mengatur rencana, dari pada harus menunggu sampai esok hari dipelabuhan lebih baik kami pergi ke pantai Batu Termanu melihat sunset bersama Yonna nanti sore, setelah itu kembali ke pelabuhan dan tidur di pelabuhan. Kerena masih jam setengah dua maka masih terlalu siang untuk melihat sunset sehingga saya dan Eno pun mencari rental PS 2 terlebih dahulu sebelum ke Pantai Batu Termanu. Setelah bertanya-tanya kepada beberapa orang tempat rental PS 2, akhirnya kami sampai di tempat itu, meskipun layar TV nya tidak besar, kami tetap antusias memainkannya sambil menunggu sore hari. Yup, akhirnya saya memenangi beberapa pertandingan sehingga kali itu si Eno harus membayar rental PS 2 nya. setelah bermain dua jam, saya dan Eno pun berangkat ke pantai Batu Termanu dan bertemu Yonna di sana.
Perahu Nelayan yang Hendak Bersandar di Pantai Batu Termanu |
Tak berapa jauh memang jarak antara pelabuhan Pantai Baru dengan pantai Batu Termanu. Saat tiba di pantai itu terlihat ada beberapa orang yang mengenakan baju seragam sedang asik bermain, mungkin mereka dari suatu perkumpulan yang sedang bertamasya di sana. Tak ketinggalan Kami pun bersenang-senang juga, saat kelompok teman-teman yang didominasi anak-anak itu ingin melakukan suatu tari-tarian, si Yonna yang suka sksd langsung ikut dengan mereka, tari yang mereka lakukan namanya "Tari Kebalai" salah satu tari khas Rote katanya. Akhirnya sampai juga waktu yang kita tunggu-tunggu untuk melihat sunset, indah dan teduhnya kala itu. Ternyata ada maksud tersembunyi dibalik tertundanya kapal laut, yaitu supaya kami bisa melihat sunset terakhir di Rote.
Sunset di Batu Termanu |
Setelah matahari sembunyi di peraduannya nya maka kami memutuskan mencari makan di Ba'a sebelum akhirnya kembali lagi ke pelabuhan Pantai Baru. Berangkat dan menu yang kami pilih kala itu adalah ikan bakar dan sate, sempat cobain kue bajongko (dibuat dari campuran tepung beras dan tepung terigu plus santan kelapa, dikasih gula lempeng ditengahnya trus dibungkus pake daun pisang dan dikukus) dan Fla’ (susu kerbau yang dimasak dengan gula lempeng). Kira-kira jam 9 malam akhirnya saya dan Eno benar-benar berpisah dengan Yonna (entah mengapa setelah dipikir-pikir, saya harus berpamitan dua kali banyaknya sebelum akhirnya berpisah mungkin jika hanya sekali kurang puas kali ya, hehehee). Jalan ke pelabuhan Pantai Baru yang gelap tanpa lampu jalan tapi tidak menyurutkan niat kami untuk ke sana. Sekali lagi tanpa terasa ternyata bahan bakar motor mau habis, waaa kenapa kami lupa lagi mengisi bensin di Ba'a yang tentunya harganya lebih murah, sehingga kami harus mencari eceran dan mendapatkanya dengan harga 9 rb per liter (wow, so expensive). Akirnya sampai di pelabuhan dan tak berapa lama kami naik ke kapal Feri dan menghabiskan malam disana, baru pagi esok harinya kapal laut berangkat ke Kupang..(finally we go to Kupang).
This is the End story of 'Adventured To Rote Ndao'
NB : Setelah sebulan kunjungan saya ke Rote, Yonna memberi info bahwa selama tiga minggu dia menonton surfing di Nembrala, "gulungan ombak yang katanya 7 itu, bukan 7 ternyata tapi 9 gulungan, yang selancar macem-macem, ada selancar air, ada juga yang selancar angin (papan selancarnya dilengkapi layar jadi menggunakan tenaga ombak plus angin). Tempat selancarnya agak ke dalam laut,, (setelah batas surut) jadi kalo mau menonton mereka degan close up harus jalan kaki ke sana atau dengan speedboat/sampan. Bule-bule semakin banyak mulai Juli sampai September karna ombak lagi bagus-bagusnya. Kemarin pas saya di sana, ada sekitar 50an orang yang lagi surfing. Kereeen sangaaaattt pokoknya. Ombaknya keren, bulenya lebih kereeenn lagi. Lucunya ada bule namanya Chris dy bilang gini: “ Indonesia itu bagus banget, udh 5 taun saya di sini keliling Indonesia dan tidak mau lagi saya pulang ke Brazil sana". Wahh beruntung sekali si Yonna...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar