Jumat, 06 Juli 2012

Rote Ndao - Day 6

Adventure to Rote Ndao


-Jumat, 6 Juli 2012, Pangkalan Laut Dulosi, dikenal dengan sebutan “deranitan”
Seperti biasa, saya bangun tak terlalu pagi dan tak terlalu siang juga kira-kira jam 8 lewat satu jam, saya langsung beranjak ke belakang rumah melihat sedang apakah ka'Glory, Bapatua, Mamatua dan Fe'i. Hanya Bapatua yang saya temui kala itu, sedang memberi makan seekor babi kecil yang diikat. Kelapa tua yang sudah dipotong-potong kecil sebagai makanan babi itu. Saya pun bertanya kepada Bapatua "k'Glory, Mamatua dan Fe'i kemana kah?" dan Bapatua menjawab "Glory sedang menyiram bawang di ladang, Mamatua dan Fe'i masih tidur di kamar". Si Eno pun tak lama bangun dan menyegarkan matanya. "kemana rencana hari ini?" tanya saya, dan Eno menjawab "bagaimana kalo ke pangkalan laut", baiklah memang setiap malam ketika pulang kami selalu melihat lampu-lampu yang terang benderang di pangkalan itu dan tentunya penasaran dengan tempat itu. Saatnya membersihkan dan menyegarkan badan sebelum berangkat ke sana. Sebelum berangkat kami sarapan dengan hidangan yang sudah disiapkan oleh ka'Glory, pastilah bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan kami dan setelahnya pergi ke ladang menyiram bawang (baiknya ka'Glory itu..).  Saat tiba di pangkalan laut itu ada dua angkatan laut yang sedang tugas menjaga pos masuk. Kami memarkir motor kemudian memberikan salam, saat saya melihat nama di seragam kedua angkatan laut itu pastilah dua orang ini adalah orang Batak, bagaimana tidak yang satu adalah Raja Simamora dan yang satu lagi Simatupang (yang ini tulang saya, hehe). Dalam benak saya meskipun di tempat terpencil seperti ini tetap ada saja orang Batak walaupun sedikit, sepertinya orang Batak menetaskan telur di mana saja, hehehe. Kami bercakap-cakap dengan mereka dan saya mencontoh si Yonna yang suka SKSD kepada orang-orang, hasilnya tak terlalu merugikan bahkan menurut saya menguntungkan asalkan sikap dan cara berbicara yang baik dan benar. "Lae, bolehkan kami mengambil gambar di pangkalan ini?" tanya saya kepada Raja Simamora, dan dia pun menjawab "boleh saja lae, asalkan jangan ke sebelah perkantoran sana, ada yang sedang kerja..!!", "ohh, ok baiklah Lae". Saya dan Eno pun pergi ke tempat yang hanya diperbolehkan Lae Simamora, kami menuju tebing yang juram dan sepertinya tempat yang pas untuk orang yang sedang patah hati.

Tebing di Pangkalan Laut Rote


Kami melihat sekeliling di tempat itu tapi tak terlihat adanya kapal laut milik pangkalan (hmmm, sungguh aneh rasanya, bagaimana bila nanti ada serangan tiba-tiba dari para penyusup), tapi bagaimana mungkin ada kapal yang bisa bersandar di tempat itu karena pelabuhan untuk kapal bersandar pun belum ada, lagi pula ombak nya tinggi-tinggi. Tak apalah, kami tak perlu pusing-pusing memikirkan hal itu, toh mereka pasti sudah ada solusinya dan dari pada cape-cape memikirkan hal itu lebih baik foto-foto saja. Kembali ke pos karena terik matahari sudah semakin menyengat dan angin semakin kencang, takut-takut malah nanti kami terbang tarbawa angin ke dasar tebing. Saat kembali ke pos pangkalan, kami bercakap-cakap sebentar dan menanyakan kepada Lae Simamora "jadi dimana lae kapal lautnya, ko tidak terlihat ya?", jawabnya "memang tidak ada disini, kalau kita butuh, dipanggil dari Kupang" ohh begitu, pantas saja tak terlihat sekitar pangkalan ini. Kami bermaksud untuk pamit tapi sebelumnya saya dan Eno meminta kembali KTP kami yang ditahan dan setelah saya lihat foto di KTP saya ternyata sudah tidak ada lagi. Memang KTP saya tidak dilaminating, saya curiga jangan-jangan disimpan sebagai tanda mata,haha. Tiba di desa Batutua tepatnya dirumah k'Samy, mereka sedang berada disamping rumah, ada istri k'Samy juga, ternyata ada Susie Mama Sabio juga dan Susie yang saya lupa namanya. Mereka sedang mempersiapkan sayur untuk makan sambil bersenda gurau.

Anak-anaknya K'Samy
Lucu nya Adik-adik ini















Adik-adik kecil, anaknya k'Samy sedang asik bermain disitu. Karena si Eno ada panggilan untuk menemani ka'Anggi membeli antena parabola di Ba'a maka saya tinggal bersama keluarga k'Samy siang itu. Saya pun ikut sedikit membantu memperbaiki gubuk itu sambil bercanda dengan Susie Mama Sabio (dia mengajarkan saya banyak bahasa Rote, pada saat itu saya cepat tangkap tapi karena terlalu banyak akhirnya lupa juga deh, hehe). Selesai memperbaiki gubuk, saya dan k'Samy bermain catur 2 set banyaknya dan sepertinya bisa ditebak, saya kalah lagi tuh, walah kalah truzz..Setelah itu Susie Mama Sabio mengajak saya dan k'Samy makan. Ok, time to lunch guyss..!! Menu makan saat itu adalah sayur daun ubi dan bunga pepaya dan sambal dabu-dabu. Meskipun tanpa lauk, saya dan k'Samy makan dengan lahapnya. Saat sedang makan Susie Mama Sabio mengatakan "ingin foto-foto di karang Batutua yang ada dipantai sehabis makan", "baiklah nanti kita pergi ke sana" jawab saya. Makan selesai dan tanpa menunggu terlalu lama saya beranjak bersama Susie Mama Sabio dan Susie yang saya lupa namanya, hehe. Sepanjang perjalanan dan saat sesi foto-foto bak model top, kami bertiga bercanda sambil tertawa terbahak-bahak dan saya dicekokin bahasa Rote yang terlalu banyak, sampai-sampai tak ada yang saya ingat lagi.. Kira-kira 1 jam setelahnya kami kembali lagi kerumah k'Samy, setelah sampai saya dan k'Samy pun melanjutkan permainan catur lagi. Beberapa set saya selalu kalah, sampai pada suatu set yang dapat saya menangi dengan susah payah (yeahh, akhirnya bisa menang juga, horee) lega rasanya bisa menang walaupun cuma sekali tapi pertandingan berikutnya tetap saja saya yang kalah lagi, hehe. Si Eno pun tiba menjelang sore dan kami bermaksud untuk segera kembali ke desa Dulosi tapi lagi-lagi kami disuruh makan terlebih dahulu, kali ini istri ka'Samy menyediakan menu yang agak berbeda yaitu mie goreng, sayur dan gorengan (betul-betul saya merasa tidak enak hati karena istri k'Samy pasti repot menyediakan itu semua).
Goyang duyuu


Tak jauh dari rumah k'Samy, ada tenda biru yang didirikan karena akan ada acara pernikahan esok harinya, sehingga para ibu-ibu termasuk istri k'Samy dan Mama kecil turut membantu mempersiapkan bumbu masakan untuk esok hari, memang disana tolong-menolong untuk acara pernikahan masih sangat kental meskipun berbeda agama.
Saya dan Eno pun mencoba melihat sejenak ke sana, ada ibu-ibu yang sedang bergoyang ria selepas mempersiapkan kebutuhan pernikahan esok hari. Ternyata acara pernikahan esok adalah acara pesta pernikahan dari keponakan Kapten Kharisma 2 (seorang yang kami kenal, kapten yang biasanya me-nahkodai kapal laut Kharisma 2 untuk tujuan Wetar). Saya dan Eno bahkan bertemu langsung dengan Pak Kapten itu dan beliau mengundang kami untuk hadir di acara pernikahan besok, "nah, tidak apa-apa nih Pak karena pakaian kami seperti ini, soalnya kami tidak membawa kemeja ataupun pakaian yang pas?", beliau mengatakan "tidak apa-apa, yang penting kalian datang saja besok". "Baiklah jika Pak tidak keberatan, kami akan datang besok". Akhirnya saya dan Eno kembali ke desa Dulosi tuk melepas malam di sana, zzz..zzz..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar