Sabtu, 07 Juli 2012

Rote Ndao - Day 7

Adventure to Rote Ndao


-Sabtu, 7 Juli 2012
Memulai hari yang lebih pagi dari sebelumnya, jam 8 waktu setempat (satu jam lebih awal dari kemarin), saya dan Eno yang bangun hampir berbarengan melihat kebelakang dan hanya ada Bapatua saja. Si Fe'i baru tiba dengan sepeda nya sehabis mengirim minum untuk Mamatua dan ka'GLory yang ada di ladang menyiram bawang. Saat itu saya langsung berkata ke Eno "ke ladang yukss", tapi Bapatua membutuhkan Eno untuk mengambil beberapa buah kelapa yang sudah dipetik beliau dekat desa Batutua. Kebetulan datang Susie Mama Sabio beserta Sabio ingin mencuci pakaian di kali sehingga saya pergi ke ladang bersama mereka, sedangkan si Eno dan Fe'i mengambil buah kelapa menggunakan motor.. Sepertinya Susie Mama Sabio lupa ladang mana yang akan kami tuju, sehingga kami harus berputar-putar dahulu. Akhirnya ketemu juga, Mamatua sedang duduk melepas lelah sambil menenguk minuman yang tadi di bawa oleh Fe'i sedangkan ka'Glory dengan giat dan tangguhnya memikul dua ember sebelah kiri dan kanan dengan sebilah bambu di pundak, Wow.

Ka'Glory Menyiram Bawang 

Rasanya tak ingin hanya berdiam diri saja dan ingin ikut merasakan siram bawang maka saya meminjam ember yang digunakan Mamatua. Yup, air diambil tak jauh dari ladang, dengan menundukkan badan sambil mengayuh ember satu per satu tuk mengambil air dan berdiri menahan kedua ember itu dengan bantuan sebilah bambu di pundak. Terasa berat dan sulit menjaga keseimbangan tuk percobaan yang pertama ini, rasanya air di ember mau tumpah saat saya berjalan. Yang tersulit adalah saat menyiramnya, dengan sebuah Haik (semacam gayung yang bawahnya di beri lubang yang banyak) saya mencoba mengambil air di ember yang satu sambil menjaga keseimbangan ember yang ada di sebelah pundak saya satu lagi (wowowo, easy man, slow down, benak saya berkata agar air tidak tumpah semua sehingga bisa merusak tanaman bawang). Perlahan-lahan tapi pasti saya berhasil menyiram dengan Haik itu sampai kedua ember di pundak tak bersisa, wow lega rasanya percobaan pertama berhasil.

Nyobain Siram Bawang

Saya mencoba untuk kedua kalinya, percobaan kedua ini terasa lebih lancar (sombong dikit, hehe). Setelah beberapa kali percobaan Mamatua pun meminta saya untuk berhenti karena takut pegel-pegel, lagi pula tinggal sedikit bawang yang belum disiram. Betul juga kata Mamatua, pundak saya terasa ngilu sekali sehabis menyiram tapi saya tidak memberitahunya saat itu, malu dong nanti disangka kalah sama ka'Glory, wanita saja kuat masa pria lemah. Kerja keras..!! yang saya pelajari pagi itu, sebuah contoh yang simple tapi punya arti yang mendalam, guyss tak peduli apa yang kau tekuni asalkan masih dalam kategori positif, dengan kerja keras pasti akan menuai hasilnya..!! Setelah itu saya, Susie Mama Sabio dan Sabio pulang sedangkan ka'Glory dan Mamatua masih tinggal di ladang. Sebentar singgah di kali tuk mencuci pakaian yang Susie Mama Sabio bawa, setelah mencuci barulah kami pulang. Saat tiba di rumah, si Eno dan Fe'i sudah selesai mengambil buah kelapa sehingga saya dan Eno bersiap-siap untuk pergi ke desa Batutua lagi, rencananya adalah mencuci lagi karena pakaian kami sudah kotor lagi semenjak tiga hari lalu mencuci pakaian di desa itu. Berangkat, beserta pakaian kotor yang kami bawa, dan sampailah kita di desa Batutua di rumah Mama kecil, tempat kami pertama kali mencuci pakaian juga disana. Rendam, sikat-sikat, bilas-bilas dan jemur, yuuhuu nasib para bujangan dan petualang, wkwkwkwk. Setelah selesai mencuci dan bersantai sebentar sambil mencash HP dan kamera, saya dan Eno pergi ketempat ka'Anggi karena ada sebuah order pekerjaan, ingatkan kemarin ka'Anggi membeli antena parabola bersama Eno, nah kami diberikan order lanjutan yaitu memasangnya. Tiba di sana, kami langsung bergerak bermaksud ingin memasangnya tapi yang jadi kendalanya adalah tidak ada buku petunjuknya, nahh lalu bagaimana kami bisa memasang ini. Ka'Anggi pun menelepon seseorang yang memang sudah sering pasang bongkar antena parabola tipe lama maupun baru (pasang aja klee, bongkar mah gampang, hehehe) jadi kami bertiga memasang antena parabola tipe baru itu (antena nya tidak terlalu besar dan tiang penyangganya pun pendek), memang lebih baik bertiga daripada seorang diri. Dimanakah antena parabola itu dipasang? diatap or di depan mess?, kami mencoba opsi pertama yaitu diatap dan pastinya butuh tangga untuk naik kesana, tangga dapat, Eno beserta kawan yang satu naik ke atap sedangkan saya lebih baik menunggu di bawah saja untuk memberikan umpan lambung alat-alat yang mereka perlukan. Hmmm, rancangan di atap pun gagal karena satu dan lain hal sehingga mencoba opsi kedua yaitu dipasang di depan mess, dengan menambah tiang antena dengan sebilah kayu agar lebih panjang, tak perlu lama antena parabola itu terpasang. Tak terasa sudah pukul setengah lima sore kala itu, saya dan Eno bermaksud ingin pulang karena ada undangan acara pernikahan tapi ka'Anggi menahan kami dengan menyuguhkan minum kopi serta makanan kecil. Kopi pun kami habiskan dengan cepat agar bisa segera pulang tapi ka'Anggi masih menahan-nahan kami, dengan berbagai alasan (jemuran lah yang belum diangkat lalu kami harus kembali dulu ke desa Dulosi) ka'Anggi pun memperbolehkan kami pamit dengan berat hati. Orderan kecil selesai, kembali ke rumah Mama Kecil tuk mengambil jemuran dan berharap sudah kering semua lalu pulang ke Dulosi untuk menyimpan pakaian dan barang yang lain. Setelah siap dengan pakaian yang lebih bersih bukan pakaian yang lebih rapi, saya dan Eno kembali lagi ke desa Batutua untuk memenuhi undangan pernikahan yang disampaikan Pak kapten secara lisan. Sampai di sana saat acara keagamaan sehingga kami menunggu terlebih dahulu tapi tak berapa lama kami bertemu istrinya K'Samy dan mengajak kami tuk ke rumahnya karena sudah potong ayam untuk kami berdua (nahh tambah repot lagi keluarga k'Samy). Untuk menghargainya saya dan Eno pun singgah di rumah k'Samy lagi dan menerima hidangan dari mereka lagi. Kali ini lebih mewah karena sudah memotong satu ekor ayam untuk kami, woww. Selagi k'Samy dan istrinya menyiapkan hidangan, saya bermain dengan anak-anaknya, senang sekali melihat adik-adik kecil anaknya ka'Samy yang masih lucu-lucu itu dan saya cubit gemes pipi mereka. Hidangan siap dan waktunya makan, kami bertiga (saya, Eno dan k'Samy) menyantap makanan tapi dalam benak saya sejak pertama kali makan disana kenapa istri k'Samy tidak turut makan bersama kami padahal dia yang menyiapkan semuanya, hmmm (usut punya usut ternyata mereka menganggap bahwa tidak sopan katanya kalo anak-anak dan istri ikut makan dengan tamu...) Setelah selesai makan dan cukup beristirahat untuk menurunkan makanan di dalam perut, saya dan Eno pergi ke pesta nikah itu karena belum bertemu Pak Kapten yang mengundang kami ke sana.

Acara Pernikahan di Desa Batutua

Saat di tenda biru, kami duduk paling belakang karena malu rasanya pakaian yang terlihat paling sederhana. Kami bertemu Mama kecil disana dan mengajak tuk mengambil hidangan yang telah disediakan untuk semua tamu yang hadir. Padahal kami telah memberitahu bahwa baru saja makan tapi tetap saja Mama Kecil memaksa, mau-tak mau kami pun mengambil hidangan tuk makan malam yang kedua. Tiba-tiba kami bertemu dengan Pak Kapten sehingga kami memberi selamat ke beliau bukanya memberikan selamat langsung kepada pengantinnya, hehe. Acara pernikahan yang meriah dan mewah untuk ukuran desa di sana dengan tolak ukur nya adalah undangan yang hadir saat itu. Karena acara melantai (berdansa) belum dimulai, saya dan Eno pergi ke rumah Mama Kecil untuk menonton Final Indonesia Idol 2012 (kebetulan sekali finalnya pada hari itu). Saat itu kedua finalis merupakan penyanyi yang hebat sehingga sayang untuk dilewatkan. Tak berapa lama suara sound sistem yang keras dan hebat mulai terdengar menandakan bahwa melantai telah di mulai. Saya dan Eno tetap menonton Indonesia Idol untuk beberapa lamanya dan sampai waktu yang tepat kami meninggalkan acara Indonesia Idol itu menuju acara melantai. Ketika melihat acara itu banyak sekali yang melantai didominasi oleh kaum pria tentunya (pasti sudah pusing karena asupan 'air kata-kata or sopie') tetapi ada juga para wanita yang ikut melantai. Kami melihat Pak kapten duduk, sehingga kami menemaninya duduk dan sepertinya beliau tidak terlalu suka melantai buktinya beliau tidak beranjak dari tempat duduknya bahkan tak menggerakan anggota badannya di tempat duduk sebagai tanda menikmati musik saat itu. Si Eno mengajak saya melantai tapi karena saya tidak pandai untuk itu sehingga saya tidak mau, terlebih jika pasangannya bukanlah seorang wanita cantik (jika pasangannya wanita, saya pasti mau, hehehe). Waktu sudah menunjukan tengah malam, tak terasa memang melihat acara seperti ini, lalu kami beranjak untuk pulang dan pamit kepada Pak kapten yang duduk disebelah kami. Waktunya tidur dan pastinya di desa Dulosi seperti malam-malam sebelumnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar