- Kamis, 5 Juli 2012, Tiang bendera
Hari ini memulai aktifitas jam 9 pagi masih cukup pagi saya rasa, hehehe. Rencana hari ini adalah pergi ke Tiang Bendera bersama Eno dan Yonna. Saya lihat Bapaktua dan Ka'Glory sedang memasak dan ternyata sodara-sodara pemirsa, mereka sedang memasak Sei Ba loh, wow yummii. Sei itu asap dan Ba itu daging babi dan jadilah babi asap, sebenarnya Babi panggang karena ada api dibawahnya tapi mungkin karena sudah sering bilang Sei Ba, yang saya pikir hanya diasapkan saja tanpa ada api atau panas. Setelah daging dibumbui, ditaruh diatas panggangan yang agak jauh dari api dan diatasnya ditutupi daun Kusambi mungkin agar cepat matang dan tidak kotor selain itu juga memberi rasa khas pada daging sei. Tidak pakai kayu bakar loh, pakai sabut kelapa karena stok sabuk kelapanya buanyak sekali dari pada harus repot-repot cari kayu kering.
Saya pun membersihkan diri dan bersiap-siap pergi ke Tiang bendera, sebelum berangkat saya dan Eno makan dong, kali ini makan Sei Ba yang baru matang itu, ueenak loh.
Bapaktua Sedang Memanggang Babi |
Si Yonna sudang menunggu di pertigaan Busalangga (nunggu lagi deh, kali ini agak lama menunggunya, hehe), yukss capcus ke tiang bendera. Dari pertigaan Busalangga ke tempat itu kira-kira menempuh jarak 30 menit dan sepertinya tempat-tempat wisata di Rote harus menempuh jarak yang lumayan jauh dan menantang karena jalannya berbukit-bukit dan banyak yang rusak (harusnya ada perbaikan jalan dari dinas PU nih tuk memudahkan para wisatawan lokal maupun mancanegara). Sampailah kami di Tiang bendera itu, tak berapa lama setelah sampai si Yonna memberikan saya kain tenun Rote bermotifkan cicak (motif campuran modern dan tradisional katanya), dengan senang hati saya menerima pemberiannya (sebenarnya saya mau membeli kain tenun saat membeli kaos dan topi Tiilangga waktu itu, tapi berhubung harganya agak mahal dan kantong pun menipis akhirnya niat diurungkan dan kebetulan sekali malah dapet gratisan dari Yonna, hehe. thanks so much lah). Setelah melihat-lihat tempat itu, saya bertanya "mana tiang benderanya Yonna?" dan dia menjawab "itu" sambil menunjuk karang yang memang terlihat ada tiang di sana. Walaahh, saya kira tiang benderanya seperti apa, lalu saya melanjutkan pertanyaan saya lagi "ko bisa ada di situ?", jawabnya "katanya sih sudah ada dari dulu sejak penjajahan Belanda", hmm entah bagaimana orang-orang doloe membuat tiang bendera itu, tiang bendera yang terbuat dari batu, tak terlalu tinggi memang tapi terlihat khas karena menyerupai segitiga dan terletak diatas karang, karangnya pun terpisah dari daratan pantai...Ya sudah lah tak apa-apa, yang penting bisa lihat pantai dan jalan-jalan lagi, hehe...
Tiang Bendera |
Duduk di salah satu pendopo yang ada di sana dan si Yonna menceritakan kembali bagaimna kisah kemarin yang dompet nya bisa kembali.. Berceitalah Yonna dan sesekali diselingi pertanyaan-pertanyaan dari saya dan Eno. Setelah bercerita, saya berpikir wow that's amazing (kekuatiran yang kami serahkan kepada-Nya akan diubahkan menjadi sesuatu yang membuat kami heran dan takjub asalkan bermodal percaya saja). Baiklah setelah bercerita dan mentransfer foto-foto ke laptop, kami beranjak pergi dari Tiang bendera itu karena si Yonna mau menghadiri acara pemberkatan temannya dan guyyss si Yonna mengajak saya dan Eno tuk ikut, "tidak apa-apakah dengan pakaian dan penampilan kami yang seperti ini?" (saya hanya memakai kaos, jeans dan sendal, sedangkan si Eno lebih keren dari saya kaos, jeans dan sepatu). si Yonna menjawab "tidak apa-apa ko, be pun cuma seperti ini aja" (meskipun begitu penampilannya lebih bagus dari saya dan Eno), "baiklah asalkan kamu tidak malu nantinya".
Dengan penampilan yang cuek dan apa adanya bahkan bisa dibilang semrautan, kami menuju tempat pemberkatan temannya, di Gereja GMIT Bethania di Ba'a. Setelah sampai di Gereja itu belum terlihat adanya tamu-tamu, yang ada hanyalah tukang-tukang yang sedang bekerja memperbaiki Gereja di sebelah sampingnya. Hmmm, masa pemberkatan nikah terlambat dan belum ada yang datang? pertanyaan tadi sepintas ada dalam benak saya. Beberapa saat menunggu perut kami jadi terasa lapar, Eno pun mengusulkan tuk beli gorengan sambil menunggu pengantin tiba. Gorengan sudah terbeli dan kami menikmatinya di sebuah pendopo dekat Gereja dan berhadapan dengan lapangan bola sambil bercerita-cerita dan bergurau.. Setengah jam pun berlalu tanpa adanya penampakan bahwa pengantin ataupun para undangan datang ke Gereja, mungkin hanya Yonna saja tamunya, hehehe. Baiklah sepertinya ada salah informasi sehingga kami pun memutuskan untuk pulang karena entah akan berapa lama lagi kami menunggu pengantin yang belum mau menikah dan kami pun tak menjadi malu (mungkin juga pengantinya malu ada tamu seperti kami) karena penampilan kami yang berantakan jika memang acara hari itu berlangsung. Saya pun mengajak Eno untuk bermain PS 2 di Batutua sebelum pulang ke Dulosi, maklum rasa penasaran karena kalah waktu itu belum terhapuskan (klo kalah memang rasanya tidak enak). Kami berpisah dengan Yonna dari pendopo itu dengan jalan yang berbeda.
Senja di Desa Dulosi |
Kira-kira 20 menit perjalanan dari Ba'a ke Desa Batutua melewati persimpangan Desa Dulosi dan kala itu hari mulai senja. Pertandingan PS 2 pun segera dimulai, jreng-jreng.. Setelah dua jam bermain ternyata kami seri sehingga kami harus patungan bayar rental PS 2 nya, gagal menang lagi deh. Setelah selesai bermain kami pulang ke desa Dulosi, tentu saja untuk beristirahat karena entah bagaimana saya lebih nyaman tidur disana dari pada di desa Batutua ataupun di tempat lain. Tiba di rumah Desa Dulosi, Ka'Glory menyambut kami dan dengan khasnya dia berkata "Eno Na'e, lu su pulang", ka'Glory, Bapatua dan Matua yang ada di rumah langsung menawarkan kami makan. Nah kebetulan pada hari itu memang kami belum makan malam jadi tidak ada rasa malu-malu, hehehe. Kami memang sengaja tidak singgah di rumah Mama Kecil atau K'Samy di Batutua karena pasti dikasih makan dahulu sebelum pulang. Makanan pun kami santap dengan lahapnya, setelah makan saya pun bercerita dengan Mamatua dan Bapatua. Bahwa Mamatua suka pergi ke pantai pada malam hari sampai subuh untuk menjaring ikan, udang ataupun kepiting bersama dengan temannya yang sebaya dan hanya dua atau tiga orang saja, saya terkaget-kaget mendengar cerita itu (that women are so brave). Guyss tahukan kalian bahwa hasil tangkapannya pun tak seberapa banyaknya. Setelah lama bercerita, mata sayapun terasa lelah dan mengantuk sehingga saya minta ijin kepada Mamatua dan Bapatua untuk istirahat dan malam pun berlalu ditemani oleh cahaya pelita dan bintang-bintang yang indah di Desa itu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar