Minggu, 08 Juli 2012

Rote Ndao - Day 8

Adventure to Rote Ndao


-Minggu, 8 Juli 2012 Hari terakhir di Rote Ndao
Kala itu adalah pagi yang cerah dan kami terbangun untuk memulai kegiatan yang terakhir di Rote. Pukul tujuh waktu setempat kami sudah bersiap- siap untuk berangkat ke Palabuhan Pantai Baru, karena kami mendengar berita bahwa Kapal laut sudah boleh berlayar. Yonna memberitahu bahwa kapal Feri lambat akan berangkat pukul 3 sore waktu setempat sesuai dengan jadwal biasanya, maka kami pun bersiap-siap dan mengemas barang.

Ka'Glory, Bapatua, Mamatua dan Eno
Susie Mama Sabio dan Anak-anaknya

Setelah itu saya mengambil foto keluarga di Dulosi untuk kenang-kenangan dan saya berjanji akan mengirimkan hasil fotonya suatu saat nanti. Seorang gadis kecil yang cantik dan berambut panjang, tampak enggan di foto. Selesai berfoto, ada kabar terbaru dari Yonna bahwa kapal laut baru akan berangkat dari Rote menuju Kupang pada pukul 6 pagi esok hari. Tak pelak kami pun menunda pergi ke pelabuhan untuk beberapa jam kemudian. Si Eno pun mengeluarkan idenya, "bagaimana jika bermain PS 2 di Batutua dulu lalu berangkat sore hari ke pelabuhan dan menginap di sana daripada kita berangkat malam hari karena lebih riskan". Baiklah rencana itu sepertinya bagus untuk dilakukan. Berangkat ke desa Batuta untuk bermain PS 2. Waktunya bermain dan setengah jam permainan datang lagi kabar dari Yonna bahwa kapal laut akan berangkat jam 3 sore dan harus sampai di pelabuhan jam 11 untuk mengantisipasi kehabisan tiket kapal lautnya. Sepintas dalam benak terasa jengkel karena kabar yang simpang siur terlebih saat itu saya dalam posisi kalah bermain, hehehe. Rencana pun berubah secepat kilat, saat itu sudah jam setengah sepuluh maka saya dan Eno harus meninggalkan permainan PS 2 yang belum selesai dan segera ke desa Dulosi untuk mengambil barang-barang kami. Kami hanya berpamitan singkat dengan keluarga Mama Kecil dan K'Samy yang ada di Batutua. Sampai di desa Dulosi, yang ada hanya Mamatua dan Bapatua sehingga kami hanya berpamitan kepada mereka sedangkan ka'Glory sedang pergi ke Gereja dan Fe'i masih belum bangun. Begitu pun dengan Susie Mama Sabio yang kami temui, kami hanya berpamitan singkat dan segera pergi. Saat diperjalanan kami terhalang beberapa kali oleh sapi dan kerbau yang seenaknya malang melintang melewati jalan dan bahkan ada sapa-sapi yang duduk seenaknya di tengah jalan (terlihat lucu memang sapi-sapi itu dan mengesalkan juga bagi kami karena sedang buru-buru). Kami melewati Ba'a dan singgah di toko souvenir untuk mengambil oleh-oleh yang sudah saya beli beberapa hari yang lalu dan bertemu Yonna di sana.
Yup, toko itu dengan adik Dhea yang imut beserta mamanya kami lalui pula dan kami berpisah dengan Yonna di suatu pertigaan. Cepat dan bertambah cepat laju motor di pacu sampai-sampai tak terasa bahwa bahan bakar motor mau habis dan kami tidak melihat penjual BBM eceran. Ada juga satu toko yang menjualnya dengan harga 8 rb per liter, mau-tak mau kami membeli nya sebanyak 2 liter dari pada harus mendorong motor sampai pelabuhan.

Gapura dekat Pelabuhan Pantai Baru

Saat tiba di pelabuhan Pantai Baru, terlihat kendaraan sudah mengantri begitu pula dengan para penumpang yang ingin menuju Kupang sama seperti saya dan Eno. Kami segera membeli tiket kapal laut dan untungnya belum kehabisan tiket seperti yang di khawatirkan. Perut terasa lapar dan sambil menunggu kapal laut, saya dan Eno mencari makan di sekitar pelabuhan itu. Saat di rumah makan yang kami singgahi, saya memesan minum es teh manis, dan pemilik rumah makan itu berkata "di sini klo pesan es teh pasti manis" dan saya berkata "oh ya, berarti tidak ada yang tawar dong bu?", lalu Ibu itu menjawab "pasti selalu maniseee". Saat di rumah makan itu pula kami bertanya-tanya kepada salah seorang paman yang sedang makan juga, "kapal menuju Kupang berangkat jam berapa ya paman?", lalu paman itu yang merupakan salah seorang petugas pelabuhan menjawab "kapalnya akan tiba sebentar lagi tapi akan menginap malam ini baru esok hari sekitar jam 6 pagi baru berangkat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan", "lalu bagaimana dengan tiket yang sudah kami beli?", "tidak apa-apa, di simpan saja, itu masih berlaku untuk esok hari". Selesai makan kami mengatur rencana, dari pada harus menunggu sampai esok hari dipelabuhan lebih baik kami pergi ke pantai Batu Termanu melihat sunset bersama Yonna nanti sore, setelah itu kembali ke pelabuhan dan tidur di pelabuhan. Kerena masih jam setengah dua maka masih terlalu siang untuk melihat sunset sehingga saya dan Eno pun mencari rental PS 2 terlebih dahulu sebelum ke Pantai Batu Termanu. Setelah bertanya-tanya kepada beberapa orang tempat rental PS 2, akhirnya kami sampai di tempat itu, meskipun layar TV nya tidak besar, kami tetap antusias memainkannya sambil menunggu sore hari. Yup, akhirnya saya memenangi beberapa pertandingan sehingga kali itu si Eno harus membayar rental PS 2 nya. setelah bermain dua jam, saya dan Eno pun berangkat ke pantai Batu Termanu dan bertemu Yonna di sana.

Perahu Nelayan yang Hendak Bersandar di Pantai Batu Termanu

Tak berapa jauh memang jarak antara pelabuhan Pantai Baru dengan pantai Batu Termanu. Saat tiba di pantai itu terlihat ada beberapa orang yang mengenakan baju seragam sedang asik bermain, mungkin mereka dari suatu perkumpulan yang sedang bertamasya di sana. Tak ketinggalan Kami pun bersenang-senang juga, saat kelompok teman-teman yang didominasi anak-anak itu ingin melakukan suatu tari-tarian, si Yonna yang suka sksd langsung ikut dengan mereka, tari yang mereka lakukan namanya "Tari Kebalai" salah satu tari khas Rote katanya. Akhirnya sampai juga waktu yang kita tunggu-tunggu untuk melihat sunset, indah dan teduhnya kala itu. Ternyata ada maksud tersembunyi dibalik tertundanya kapal laut, yaitu supaya kami bisa melihat sunset terakhir di Rote.

Sunset di Batu Termanu


Setelah matahari sembunyi di peraduannya nya maka kami memutuskan mencari makan di Ba'a sebelum akhirnya kembali lagi ke pelabuhan Pantai Baru. Berangkat dan menu yang kami pilih kala itu adalah ikan bakar dan sate, sempat cobain kue bajongko (dibuat dari campuran tepung beras dan tepung terigu plus santan kelapa, dikasih gula lempeng ditengahnya trus dibungkus pake daun pisang dan dikukus) dan Fla’ (susu kerbau yang dimasak dengan gula lempeng). Kira-kira jam 9 malam akhirnya saya dan Eno benar-benar berpisah dengan Yonna (entah mengapa setelah dipikir-pikir, saya harus berpamitan dua kali banyaknya sebelum akhirnya berpisah mungkin jika hanya sekali kurang puas kali ya, hehehee). Jalan ke pelabuhan Pantai Baru yang gelap tanpa lampu jalan tapi tidak menyurutkan niat kami untuk ke sana. Sekali lagi tanpa terasa ternyata bahan bakar motor mau habis, waaa kenapa kami lupa lagi mengisi bensin di Ba'a yang tentunya harganya lebih murah, sehingga kami harus mencari eceran dan mendapatkanya dengan harga 9 rb per liter (wow, so expensive). Akirnya sampai di pelabuhan dan tak berapa lama kami naik ke kapal Feri dan menghabiskan malam disana, baru pagi esok harinya kapal laut berangkat ke Kupang..(finally we go to Kupang).
This is the End story of 'Adventured To Rote Ndao'



NB : Setelah sebulan kunjungan saya ke Rote, Yonna memberi info bahwa selama tiga minggu dia menonton surfing di Nembrala, "gulungan ombak yang katanya 7 itu, bukan 7 ternyata tapi 9 gulungan, yang selancar macem-macem, ada selancar air, ada juga yang selancar angin (papan selancarnya dilengkapi layar jadi menggunakan tenaga ombak plus angin). Tempat selancarnya agak ke dalam laut,, (setelah batas surut) jadi kalo mau menonton mereka degan close up harus jalan kaki ke sana atau dengan speedboat/sampan. Bule-bule semakin banyak mulai Juli sampai September karna ombak lagi bagus-bagusnya. Kemarin pas saya di sana, ada sekitar 50an orang yang lagi surfing. Kereeen sangaaaattt pokoknya. Ombaknya keren, bulenya lebih kereeenn lagi. Lucunya ada bule namanya Chris dy bilang gini: “ Indonesia itu bagus banget, udh 5 taun saya di sini keliling Indonesia dan tidak mau lagi saya pulang ke Brazil sana". Wahh beruntung sekali si Yonna...

Sabtu, 07 Juli 2012

Rote Ndao - Day 7

Adventure to Rote Ndao


-Sabtu, 7 Juli 2012
Memulai hari yang lebih pagi dari sebelumnya, jam 8 waktu setempat (satu jam lebih awal dari kemarin), saya dan Eno yang bangun hampir berbarengan melihat kebelakang dan hanya ada Bapatua saja. Si Fe'i baru tiba dengan sepeda nya sehabis mengirim minum untuk Mamatua dan ka'GLory yang ada di ladang menyiram bawang. Saat itu saya langsung berkata ke Eno "ke ladang yukss", tapi Bapatua membutuhkan Eno untuk mengambil beberapa buah kelapa yang sudah dipetik beliau dekat desa Batutua. Kebetulan datang Susie Mama Sabio beserta Sabio ingin mencuci pakaian di kali sehingga saya pergi ke ladang bersama mereka, sedangkan si Eno dan Fe'i mengambil buah kelapa menggunakan motor.. Sepertinya Susie Mama Sabio lupa ladang mana yang akan kami tuju, sehingga kami harus berputar-putar dahulu. Akhirnya ketemu juga, Mamatua sedang duduk melepas lelah sambil menenguk minuman yang tadi di bawa oleh Fe'i sedangkan ka'Glory dengan giat dan tangguhnya memikul dua ember sebelah kiri dan kanan dengan sebilah bambu di pundak, Wow.

Ka'Glory Menyiram Bawang 

Rasanya tak ingin hanya berdiam diri saja dan ingin ikut merasakan siram bawang maka saya meminjam ember yang digunakan Mamatua. Yup, air diambil tak jauh dari ladang, dengan menundukkan badan sambil mengayuh ember satu per satu tuk mengambil air dan berdiri menahan kedua ember itu dengan bantuan sebilah bambu di pundak. Terasa berat dan sulit menjaga keseimbangan tuk percobaan yang pertama ini, rasanya air di ember mau tumpah saat saya berjalan. Yang tersulit adalah saat menyiramnya, dengan sebuah Haik (semacam gayung yang bawahnya di beri lubang yang banyak) saya mencoba mengambil air di ember yang satu sambil menjaga keseimbangan ember yang ada di sebelah pundak saya satu lagi (wowowo, easy man, slow down, benak saya berkata agar air tidak tumpah semua sehingga bisa merusak tanaman bawang). Perlahan-lahan tapi pasti saya berhasil menyiram dengan Haik itu sampai kedua ember di pundak tak bersisa, wow lega rasanya percobaan pertama berhasil.

Nyobain Siram Bawang

Saya mencoba untuk kedua kalinya, percobaan kedua ini terasa lebih lancar (sombong dikit, hehe). Setelah beberapa kali percobaan Mamatua pun meminta saya untuk berhenti karena takut pegel-pegel, lagi pula tinggal sedikit bawang yang belum disiram. Betul juga kata Mamatua, pundak saya terasa ngilu sekali sehabis menyiram tapi saya tidak memberitahunya saat itu, malu dong nanti disangka kalah sama ka'Glory, wanita saja kuat masa pria lemah. Kerja keras..!! yang saya pelajari pagi itu, sebuah contoh yang simple tapi punya arti yang mendalam, guyss tak peduli apa yang kau tekuni asalkan masih dalam kategori positif, dengan kerja keras pasti akan menuai hasilnya..!! Setelah itu saya, Susie Mama Sabio dan Sabio pulang sedangkan ka'Glory dan Mamatua masih tinggal di ladang. Sebentar singgah di kali tuk mencuci pakaian yang Susie Mama Sabio bawa, setelah mencuci barulah kami pulang. Saat tiba di rumah, si Eno dan Fe'i sudah selesai mengambil buah kelapa sehingga saya dan Eno bersiap-siap untuk pergi ke desa Batutua lagi, rencananya adalah mencuci lagi karena pakaian kami sudah kotor lagi semenjak tiga hari lalu mencuci pakaian di desa itu. Berangkat, beserta pakaian kotor yang kami bawa, dan sampailah kita di desa Batutua di rumah Mama kecil, tempat kami pertama kali mencuci pakaian juga disana. Rendam, sikat-sikat, bilas-bilas dan jemur, yuuhuu nasib para bujangan dan petualang, wkwkwkwk. Setelah selesai mencuci dan bersantai sebentar sambil mencash HP dan kamera, saya dan Eno pergi ketempat ka'Anggi karena ada sebuah order pekerjaan, ingatkan kemarin ka'Anggi membeli antena parabola bersama Eno, nah kami diberikan order lanjutan yaitu memasangnya. Tiba di sana, kami langsung bergerak bermaksud ingin memasangnya tapi yang jadi kendalanya adalah tidak ada buku petunjuknya, nahh lalu bagaimana kami bisa memasang ini. Ka'Anggi pun menelepon seseorang yang memang sudah sering pasang bongkar antena parabola tipe lama maupun baru (pasang aja klee, bongkar mah gampang, hehehe) jadi kami bertiga memasang antena parabola tipe baru itu (antena nya tidak terlalu besar dan tiang penyangganya pun pendek), memang lebih baik bertiga daripada seorang diri. Dimanakah antena parabola itu dipasang? diatap or di depan mess?, kami mencoba opsi pertama yaitu diatap dan pastinya butuh tangga untuk naik kesana, tangga dapat, Eno beserta kawan yang satu naik ke atap sedangkan saya lebih baik menunggu di bawah saja untuk memberikan umpan lambung alat-alat yang mereka perlukan. Hmmm, rancangan di atap pun gagal karena satu dan lain hal sehingga mencoba opsi kedua yaitu dipasang di depan mess, dengan menambah tiang antena dengan sebilah kayu agar lebih panjang, tak perlu lama antena parabola itu terpasang. Tak terasa sudah pukul setengah lima sore kala itu, saya dan Eno bermaksud ingin pulang karena ada undangan acara pernikahan tapi ka'Anggi menahan kami dengan menyuguhkan minum kopi serta makanan kecil. Kopi pun kami habiskan dengan cepat agar bisa segera pulang tapi ka'Anggi masih menahan-nahan kami, dengan berbagai alasan (jemuran lah yang belum diangkat lalu kami harus kembali dulu ke desa Dulosi) ka'Anggi pun memperbolehkan kami pamit dengan berat hati. Orderan kecil selesai, kembali ke rumah Mama Kecil tuk mengambil jemuran dan berharap sudah kering semua lalu pulang ke Dulosi untuk menyimpan pakaian dan barang yang lain. Setelah siap dengan pakaian yang lebih bersih bukan pakaian yang lebih rapi, saya dan Eno kembali lagi ke desa Batutua untuk memenuhi undangan pernikahan yang disampaikan Pak kapten secara lisan. Sampai di sana saat acara keagamaan sehingga kami menunggu terlebih dahulu tapi tak berapa lama kami bertemu istrinya K'Samy dan mengajak kami tuk ke rumahnya karena sudah potong ayam untuk kami berdua (nahh tambah repot lagi keluarga k'Samy). Untuk menghargainya saya dan Eno pun singgah di rumah k'Samy lagi dan menerima hidangan dari mereka lagi. Kali ini lebih mewah karena sudah memotong satu ekor ayam untuk kami, woww. Selagi k'Samy dan istrinya menyiapkan hidangan, saya bermain dengan anak-anaknya, senang sekali melihat adik-adik kecil anaknya ka'Samy yang masih lucu-lucu itu dan saya cubit gemes pipi mereka. Hidangan siap dan waktunya makan, kami bertiga (saya, Eno dan k'Samy) menyantap makanan tapi dalam benak saya sejak pertama kali makan disana kenapa istri k'Samy tidak turut makan bersama kami padahal dia yang menyiapkan semuanya, hmmm (usut punya usut ternyata mereka menganggap bahwa tidak sopan katanya kalo anak-anak dan istri ikut makan dengan tamu...) Setelah selesai makan dan cukup beristirahat untuk menurunkan makanan di dalam perut, saya dan Eno pergi ke pesta nikah itu karena belum bertemu Pak Kapten yang mengundang kami ke sana.

Acara Pernikahan di Desa Batutua

Saat di tenda biru, kami duduk paling belakang karena malu rasanya pakaian yang terlihat paling sederhana. Kami bertemu Mama kecil disana dan mengajak tuk mengambil hidangan yang telah disediakan untuk semua tamu yang hadir. Padahal kami telah memberitahu bahwa baru saja makan tapi tetap saja Mama Kecil memaksa, mau-tak mau kami pun mengambil hidangan tuk makan malam yang kedua. Tiba-tiba kami bertemu dengan Pak Kapten sehingga kami memberi selamat ke beliau bukanya memberikan selamat langsung kepada pengantinnya, hehe. Acara pernikahan yang meriah dan mewah untuk ukuran desa di sana dengan tolak ukur nya adalah undangan yang hadir saat itu. Karena acara melantai (berdansa) belum dimulai, saya dan Eno pergi ke rumah Mama Kecil untuk menonton Final Indonesia Idol 2012 (kebetulan sekali finalnya pada hari itu). Saat itu kedua finalis merupakan penyanyi yang hebat sehingga sayang untuk dilewatkan. Tak berapa lama suara sound sistem yang keras dan hebat mulai terdengar menandakan bahwa melantai telah di mulai. Saya dan Eno tetap menonton Indonesia Idol untuk beberapa lamanya dan sampai waktu yang tepat kami meninggalkan acara Indonesia Idol itu menuju acara melantai. Ketika melihat acara itu banyak sekali yang melantai didominasi oleh kaum pria tentunya (pasti sudah pusing karena asupan 'air kata-kata or sopie') tetapi ada juga para wanita yang ikut melantai. Kami melihat Pak kapten duduk, sehingga kami menemaninya duduk dan sepertinya beliau tidak terlalu suka melantai buktinya beliau tidak beranjak dari tempat duduknya bahkan tak menggerakan anggota badannya di tempat duduk sebagai tanda menikmati musik saat itu. Si Eno mengajak saya melantai tapi karena saya tidak pandai untuk itu sehingga saya tidak mau, terlebih jika pasangannya bukanlah seorang wanita cantik (jika pasangannya wanita, saya pasti mau, hehehe). Waktu sudah menunjukan tengah malam, tak terasa memang melihat acara seperti ini, lalu kami beranjak untuk pulang dan pamit kepada Pak kapten yang duduk disebelah kami. Waktunya tidur dan pastinya di desa Dulosi seperti malam-malam sebelumnya.


Jumat, 06 Juli 2012

Rote Ndao - Day 6

Adventure to Rote Ndao


-Jumat, 6 Juli 2012, Pangkalan Laut Dulosi, dikenal dengan sebutan “deranitan”
Seperti biasa, saya bangun tak terlalu pagi dan tak terlalu siang juga kira-kira jam 8 lewat satu jam, saya langsung beranjak ke belakang rumah melihat sedang apakah ka'Glory, Bapatua, Mamatua dan Fe'i. Hanya Bapatua yang saya temui kala itu, sedang memberi makan seekor babi kecil yang diikat. Kelapa tua yang sudah dipotong-potong kecil sebagai makanan babi itu. Saya pun bertanya kepada Bapatua "k'Glory, Mamatua dan Fe'i kemana kah?" dan Bapatua menjawab "Glory sedang menyiram bawang di ladang, Mamatua dan Fe'i masih tidur di kamar". Si Eno pun tak lama bangun dan menyegarkan matanya. "kemana rencana hari ini?" tanya saya, dan Eno menjawab "bagaimana kalo ke pangkalan laut", baiklah memang setiap malam ketika pulang kami selalu melihat lampu-lampu yang terang benderang di pangkalan itu dan tentunya penasaran dengan tempat itu. Saatnya membersihkan dan menyegarkan badan sebelum berangkat ke sana. Sebelum berangkat kami sarapan dengan hidangan yang sudah disiapkan oleh ka'Glory, pastilah bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan kami dan setelahnya pergi ke ladang menyiram bawang (baiknya ka'Glory itu..).  Saat tiba di pangkalan laut itu ada dua angkatan laut yang sedang tugas menjaga pos masuk. Kami memarkir motor kemudian memberikan salam, saat saya melihat nama di seragam kedua angkatan laut itu pastilah dua orang ini adalah orang Batak, bagaimana tidak yang satu adalah Raja Simamora dan yang satu lagi Simatupang (yang ini tulang saya, hehe). Dalam benak saya meskipun di tempat terpencil seperti ini tetap ada saja orang Batak walaupun sedikit, sepertinya orang Batak menetaskan telur di mana saja, hehehe. Kami bercakap-cakap dengan mereka dan saya mencontoh si Yonna yang suka SKSD kepada orang-orang, hasilnya tak terlalu merugikan bahkan menurut saya menguntungkan asalkan sikap dan cara berbicara yang baik dan benar. "Lae, bolehkan kami mengambil gambar di pangkalan ini?" tanya saya kepada Raja Simamora, dan dia pun menjawab "boleh saja lae, asalkan jangan ke sebelah perkantoran sana, ada yang sedang kerja..!!", "ohh, ok baiklah Lae". Saya dan Eno pun pergi ke tempat yang hanya diperbolehkan Lae Simamora, kami menuju tebing yang juram dan sepertinya tempat yang pas untuk orang yang sedang patah hati.

Tebing di Pangkalan Laut Rote


Kami melihat sekeliling di tempat itu tapi tak terlihat adanya kapal laut milik pangkalan (hmmm, sungguh aneh rasanya, bagaimana bila nanti ada serangan tiba-tiba dari para penyusup), tapi bagaimana mungkin ada kapal yang bisa bersandar di tempat itu karena pelabuhan untuk kapal bersandar pun belum ada, lagi pula ombak nya tinggi-tinggi. Tak apalah, kami tak perlu pusing-pusing memikirkan hal itu, toh mereka pasti sudah ada solusinya dan dari pada cape-cape memikirkan hal itu lebih baik foto-foto saja. Kembali ke pos karena terik matahari sudah semakin menyengat dan angin semakin kencang, takut-takut malah nanti kami terbang tarbawa angin ke dasar tebing. Saat kembali ke pos pangkalan, kami bercakap-cakap sebentar dan menanyakan kepada Lae Simamora "jadi dimana lae kapal lautnya, ko tidak terlihat ya?", jawabnya "memang tidak ada disini, kalau kita butuh, dipanggil dari Kupang" ohh begitu, pantas saja tak terlihat sekitar pangkalan ini. Kami bermaksud untuk pamit tapi sebelumnya saya dan Eno meminta kembali KTP kami yang ditahan dan setelah saya lihat foto di KTP saya ternyata sudah tidak ada lagi. Memang KTP saya tidak dilaminating, saya curiga jangan-jangan disimpan sebagai tanda mata,haha. Tiba di desa Batutua tepatnya dirumah k'Samy, mereka sedang berada disamping rumah, ada istri k'Samy juga, ternyata ada Susie Mama Sabio juga dan Susie yang saya lupa namanya. Mereka sedang mempersiapkan sayur untuk makan sambil bersenda gurau.

Anak-anaknya K'Samy
Lucu nya Adik-adik ini















Adik-adik kecil, anaknya k'Samy sedang asik bermain disitu. Karena si Eno ada panggilan untuk menemani ka'Anggi membeli antena parabola di Ba'a maka saya tinggal bersama keluarga k'Samy siang itu. Saya pun ikut sedikit membantu memperbaiki gubuk itu sambil bercanda dengan Susie Mama Sabio (dia mengajarkan saya banyak bahasa Rote, pada saat itu saya cepat tangkap tapi karena terlalu banyak akhirnya lupa juga deh, hehe). Selesai memperbaiki gubuk, saya dan k'Samy bermain catur 2 set banyaknya dan sepertinya bisa ditebak, saya kalah lagi tuh, walah kalah truzz..Setelah itu Susie Mama Sabio mengajak saya dan k'Samy makan. Ok, time to lunch guyss..!! Menu makan saat itu adalah sayur daun ubi dan bunga pepaya dan sambal dabu-dabu. Meskipun tanpa lauk, saya dan k'Samy makan dengan lahapnya. Saat sedang makan Susie Mama Sabio mengatakan "ingin foto-foto di karang Batutua yang ada dipantai sehabis makan", "baiklah nanti kita pergi ke sana" jawab saya. Makan selesai dan tanpa menunggu terlalu lama saya beranjak bersama Susie Mama Sabio dan Susie yang saya lupa namanya, hehe. Sepanjang perjalanan dan saat sesi foto-foto bak model top, kami bertiga bercanda sambil tertawa terbahak-bahak dan saya dicekokin bahasa Rote yang terlalu banyak, sampai-sampai tak ada yang saya ingat lagi.. Kira-kira 1 jam setelahnya kami kembali lagi kerumah k'Samy, setelah sampai saya dan k'Samy pun melanjutkan permainan catur lagi. Beberapa set saya selalu kalah, sampai pada suatu set yang dapat saya menangi dengan susah payah (yeahh, akhirnya bisa menang juga, horee) lega rasanya bisa menang walaupun cuma sekali tapi pertandingan berikutnya tetap saja saya yang kalah lagi, hehe. Si Eno pun tiba menjelang sore dan kami bermaksud untuk segera kembali ke desa Dulosi tapi lagi-lagi kami disuruh makan terlebih dahulu, kali ini istri ka'Samy menyediakan menu yang agak berbeda yaitu mie goreng, sayur dan gorengan (betul-betul saya merasa tidak enak hati karena istri k'Samy pasti repot menyediakan itu semua).
Goyang duyuu


Tak jauh dari rumah k'Samy, ada tenda biru yang didirikan karena akan ada acara pernikahan esok harinya, sehingga para ibu-ibu termasuk istri k'Samy dan Mama kecil turut membantu mempersiapkan bumbu masakan untuk esok hari, memang disana tolong-menolong untuk acara pernikahan masih sangat kental meskipun berbeda agama.
Saya dan Eno pun mencoba melihat sejenak ke sana, ada ibu-ibu yang sedang bergoyang ria selepas mempersiapkan kebutuhan pernikahan esok hari. Ternyata acara pernikahan esok adalah acara pesta pernikahan dari keponakan Kapten Kharisma 2 (seorang yang kami kenal, kapten yang biasanya me-nahkodai kapal laut Kharisma 2 untuk tujuan Wetar). Saya dan Eno bahkan bertemu langsung dengan Pak Kapten itu dan beliau mengundang kami untuk hadir di acara pernikahan besok, "nah, tidak apa-apa nih Pak karena pakaian kami seperti ini, soalnya kami tidak membawa kemeja ataupun pakaian yang pas?", beliau mengatakan "tidak apa-apa, yang penting kalian datang saja besok". "Baiklah jika Pak tidak keberatan, kami akan datang besok". Akhirnya saya dan Eno kembali ke desa Dulosi tuk melepas malam di sana, zzz..zzz..

Kamis, 05 Juli 2012

Rote Ndao - Day 5

Adventure to Rote ndao

- Kamis, 5 Juli 2012, Tiang bendera
Hari ini memulai aktifitas jam 9 pagi masih cukup pagi saya rasa, hehehe. Rencana hari ini adalah pergi ke Tiang Bendera bersama Eno dan Yonna. Saya lihat Bapaktua dan Ka'Glory sedang memasak dan ternyata sodara-sodara pemirsa, mereka sedang memasak Sei Ba loh, wow yummii. Sei itu asap dan Ba itu daging babi dan jadilah babi asap, sebenarnya Babi panggang karena ada api dibawahnya tapi mungkin karena sudah sering bilang Sei Ba, yang saya pikir hanya diasapkan saja tanpa ada api atau panas. Setelah daging dibumbui, ditaruh diatas panggangan yang agak jauh dari api dan diatasnya ditutupi daun Kusambi mungkin agar cepat matang dan tidak kotor selain itu  juga memberi rasa khas pada daging sei. Tidak pakai kayu bakar loh, pakai sabut kelapa karena stok sabuk kelapanya buanyak sekali dari pada harus repot-repot cari kayu kering.
Saya pun membersihkan diri dan bersiap-siap pergi ke Tiang bendera, sebelum berangkat saya dan Eno makan dong, kali ini makan Sei Ba yang baru matang itu, ueenak loh.

Bapaktua Sedang Memanggang Babi


Si Yonna sudang menunggu di pertigaan Busalangga (nunggu lagi deh, kali ini agak lama menunggunya, hehe), yukss capcus ke tiang bendera. Dari pertigaan Busalangga ke tempat itu kira-kira menempuh jarak 30 menit dan sepertinya tempat-tempat wisata di Rote harus menempuh jarak yang lumayan jauh dan menantang karena jalannya berbukit-bukit dan banyak yang rusak (harusnya ada perbaikan jalan dari dinas PU nih tuk memudahkan para wisatawan lokal maupun mancanegara). Sampailah kami di Tiang bendera itu, tak berapa lama setelah sampai si Yonna memberikan saya kain tenun Rote bermotifkan cicak (motif campuran modern dan tradisional katanya), dengan senang hati saya menerima pemberiannya (sebenarnya saya mau membeli kain tenun saat membeli kaos dan topi Tiilangga waktu itu, tapi berhubung harganya agak mahal dan kantong pun menipis akhirnya niat diurungkan dan kebetulan sekali malah dapet gratisan dari Yonna, hehe. thanks so much lah). Setelah melihat-lihat tempat itu, saya bertanya "mana tiang benderanya Yonna?" dan dia menjawab "itu" sambil menunjuk karang yang memang terlihat ada tiang di sana. Walaahh, saya kira tiang benderanya seperti apa, lalu saya melanjutkan pertanyaan saya lagi "ko bisa ada di situ?", jawabnya "katanya sih sudah ada dari dulu sejak penjajahan Belanda", hmm entah bagaimana orang-orang doloe membuat tiang bendera itu, tiang bendera yang terbuat dari batu, tak terlalu tinggi memang tapi terlihat khas karena menyerupai segitiga dan terletak diatas karang, karangnya pun terpisah dari daratan pantai...Ya sudah lah tak apa-apa, yang penting bisa lihat pantai dan jalan-jalan lagi, hehe...

Tiang Bendera


Duduk di salah satu pendopo yang ada di sana dan si Yonna menceritakan kembali bagaimna kisah kemarin yang dompet nya bisa kembali.. Berceitalah Yonna dan sesekali diselingi pertanyaan-pertanyaan dari saya dan Eno. Setelah bercerita, saya berpikir wow that's amazing (kekuatiran yang kami serahkan kepada-Nya akan diubahkan menjadi sesuatu yang membuat kami heran dan takjub asalkan bermodal percaya saja). Baiklah setelah bercerita dan mentransfer foto-foto ke laptop, kami beranjak pergi dari Tiang bendera itu karena si Yonna mau menghadiri acara pemberkatan temannya dan guyyss si Yonna mengajak saya dan Eno tuk ikut, "tidak apa-apakah dengan pakaian dan penampilan kami yang seperti ini?" (saya hanya memakai kaos, jeans dan sendal, sedangkan si Eno lebih keren dari saya kaos, jeans dan sepatu). si Yonna menjawab "tidak apa-apa ko, be pun cuma seperti ini aja" (meskipun begitu penampilannya lebih bagus dari saya dan Eno), "baiklah asalkan kamu tidak malu nantinya".



Dengan penampilan yang cuek dan apa adanya bahkan bisa dibilang semrautan, kami menuju tempat pemberkatan temannya, di Gereja GMIT Bethania di Ba'a. Setelah sampai di Gereja itu belum terlihat adanya tamu-tamu, yang ada hanyalah tukang-tukang yang sedang bekerja memperbaiki Gereja di sebelah sampingnya. Hmmm, masa pemberkatan nikah terlambat dan belum ada yang datang? pertanyaan tadi sepintas ada dalam benak saya. Beberapa saat menunggu perut kami jadi terasa lapar, Eno pun mengusulkan tuk beli gorengan sambil menunggu pengantin tiba. Gorengan sudah terbeli dan kami menikmatinya di sebuah pendopo dekat Gereja dan berhadapan dengan lapangan bola sambil bercerita-cerita dan bergurau.. Setengah jam pun berlalu tanpa adanya penampakan bahwa pengantin ataupun para undangan datang ke Gereja, mungkin hanya Yonna saja tamunya, hehehe. Baiklah sepertinya ada salah informasi sehingga kami pun memutuskan untuk pulang karena entah akan berapa lama lagi kami menunggu pengantin yang belum mau menikah dan kami pun tak menjadi malu (mungkin juga pengantinya malu ada tamu seperti kami) karena penampilan kami yang berantakan jika memang acara hari itu berlangsung. Saya pun mengajak Eno untuk bermain PS 2 di Batutua sebelum pulang ke Dulosi, maklum rasa penasaran karena kalah waktu itu belum terhapuskan (klo kalah memang rasanya tidak enak). Kami berpisah dengan Yonna dari pendopo itu dengan jalan yang berbeda.

Senja di Desa Dulosi

Kira-kira 20 menit perjalanan dari Ba'a ke Desa Batutua melewati persimpangan Desa Dulosi dan kala itu hari mulai senja. Pertandingan PS 2 pun segera dimulai, jreng-jreng.. Setelah dua jam bermain ternyata kami seri sehingga kami harus patungan bayar rental PS 2 nya, gagal menang lagi deh. Setelah selesai bermain kami pulang ke desa Dulosi, tentu saja untuk beristirahat karena entah bagaimana saya lebih nyaman tidur disana dari pada di desa Batutua ataupun di tempat lain. Tiba di rumah Desa Dulosi, Ka'Glory menyambut kami dan dengan khasnya dia berkata "Eno Na'e, lu su pulang", ka'Glory, Bapatua dan Matua yang ada di rumah langsung menawarkan kami makan. Nah kebetulan pada hari itu memang kami belum makan malam jadi tidak ada rasa malu-malu, hehehe. Kami memang sengaja tidak singgah di rumah Mama Kecil atau K'Samy di Batutua karena pasti dikasih makan dahulu sebelum pulang. Makanan pun kami santap dengan lahapnya, setelah makan saya pun bercerita dengan Mamatua dan Bapatua. Bahwa Mamatua suka pergi ke pantai pada malam hari sampai subuh untuk menjaring ikan, udang ataupun kepiting bersama dengan temannya yang sebaya dan hanya dua atau tiga orang saja, saya terkaget-kaget mendengar cerita itu (that women are so brave). Guyss tahukan kalian bahwa hasil tangkapannya pun tak seberapa banyaknya. Setelah lama bercerita, mata sayapun terasa lelah dan mengantuk sehingga saya minta ijin kepada Mamatua dan Bapatua untuk istirahat dan malam pun berlalu ditemani oleh cahaya pelita dan bintang-bintang yang indah di Desa itu...



Rabu, 04 Juli 2012

Rote Ndao - Day 4

Adventure to Rote Ndao

- Rabu, 4 Juli 2012, kalah lagi kalah lagi
Petualangan hari ini tidak sehebat kemarin, saya hanya merasakan bagaimana kalah dan kalah lagi..(ahhhh tidakkk..!!). Bangun agak siang karena rasa lelah kemarin, saya menuju dapur dan menemukan Bapatua sedang memberikan makan kepada babi sedangkan ka'Glory sedang mencuci porabotan sambil memasak nasi. "selamat pagi Bapak tua dan ka'Glory" salam saya kepada mereka "ya, pagi" sahut mereka. Saya bergesas mencuci muka yang entah bagaimana tampang saya, pasti ancur berantakan, hehehe. Si Eno pun akhirnya bangun dan kami merencanakan kegiatan hari itu, setelah berpikir-pikir sepertinya kami harus mencuci baju karena baju yang kami bawa hanya beberapa potong saja dan itupun sudah berulang-ulang kami pakai (tanpa kami sadari mungkin kami sudah menyebarkan bau keringat ke orang-orang disekitar kami dan terlebih pakaian dalam sudah 'side A', 'side B', hehee).
Baiklah rencana sudah diputuskan 'jengjeng' yaitu mencuci baju, dan kami berencana cuci baju di desa Batutua sekalian mencuci motor 'laki-laki' nya Eno. Berangkat, kami pamit kepada orang rumah dan kira-kira 5 menit dengan motor kami tiba di desa Batutua, mencuci di rumah Mama Kecil - Mama kecil / mama kici / maci : panggilan buat adik perempuan atau istrinya adik laki-laki dari bapak-. Kebanyakan rumah di sana masih menggunakan sumur timba, masih jarang yang menggunakan pompa air. Kami pun harus menimba air terlebih dahulu untuk mencuci pakaian kami masing-masing. Mencuci di mulai dan sambil bekelakar dengan Maci "beginilah nasib belum punya maitua (istri), cuci baju sendiri, wkwkwkw" canda saya sambil menghentak-hentakkan cucian dan Maci berkata "ya, makanya carilah nona-nona Rote dong disini, hahaha" tak pelak canda tawa kami bertiga pun pecah saat itu. Yup, saat itu saya merasa bahagia meskipun cuci baju sendiri dan belum punya maitua (istri), lebih karena keluarga di Batutua maupun di Dulosi menerima saya seperti sudah akrab sekali (kayaknya sudah kenal sekian lama tapi baru ketemu).
Saya selesai mencuci sedangkan si Eno masih sibuk mencuci motornya sehingga saya pun memutuskan untuk membersihkan badan, wow terasa segar sekali setelah badan penuh keringat dan daki, hehehe. Segarnya badan setelah mandi, badan terasa fresh lagi dan giliran Eno yang membersihkan dirinya. Sambil menunggu pakaian yang sedang dijemur, saya beserta adik-adik (anaknya Mama Kecil) menonton tv, kala itu ada siaran FTV salah satu program tv kesukaan saya. Sehabis Eno mandi, diapun mengajak bermain PS 2 (wow didesa ini ada PS 2 nya loh) dengan catatan yang kalah bayar rental PS 2 nya, dan saya pun menerima tantangan tersebut. Tak berapa jauh dari rumah Maci, kami pergi bermain PS 2 selama dua jam dan allhasil saya yang kalah selisih gol dari Eno sehingga saya yang harus membayar rental PS 2 itu (huahh kekalahan yang pertama). Setelah itu kami pergi kerumah K'Samy dengan maksud bermain catur tapi sebelum itu kami disuguhkan makan siang dirumahnya, kebetulan sekali kami lagi lapar sehabis mencuci dan bermain PS 2, kami tak bisa menolaknya kali itu.
Walaupun hanya makan dengan nasi dan sayur sawi tambah cabe rawit tapi rasanya tetap enak mungkin karena kami sedang kelaparan, hehe serta saya belajar untuk mensyukuri apa yang saya makan setiap hari dengan segala keterbatasan (the important thing is we still alive). Sehabis makan saya pun mengajak K'Samy bermain catur yang katanya terkenal hebat dalam bermain catur sekecamatan. Ronde pertama dimulai, terlihat permainannya berbeda dan mempunyai taktik yang banyak sekali, dan akhirnya saya pun kalah ronde pertama itu (dalam hati saya, permainan k'Samy sudah dua level diatas saya, dia bisa berpikir 6 atau 7 langkah kedepan sedangkan saya baru 3 atau 4 langkah kedepan). Saya belum putus asa, mulai dengan ronde kedua dan guyss kalian pasti sudah tahu saya kalah lagi, hehehe. Semakin berat rasanya bermain dengan K'Samy, tapi rasa penasaran dalam diri saya semakin menjadi-jadi sehingga ronde ketiga pun dimulai, saat ditengah permainan ronde ketiga saat saya sedang pusing-pusingnya, tiba-tiba ada telepon ke HP saya dan begitu saya lihat ternyata panggilan dari Yonna (what? sejenak merasa kaget karena baru kemarin kami bolak balik mencari dompet yang berisikan HP nya didalam dompet itu) maka saya angkat HP itu dengan sedikit bulu kuduk saya terasa berdiri dan suara Yonna terdengar, woww. Sambil merasa tidak percaya saya bertanya pelan "hallo Yonna, ko bisa?" dan Yonna pun menceritakan bagaimana HP beserta isi dompet yang lainnya bisa kembali ke tangannya tapi saat itu saya sedang bermain catur sehingga pikiran bercabang, akhirnya banyak langkah-langkah catur yang ngaur jadinya sedangkan saat Yonna bercerita saya tidak terlalu tanggap, hehehe (maklum deh, begini nih klo pikiran bercabang).
Yup sudah bisa ditebak saya kalah lagi main catur dan kalah lagi di pertandingan setelahnya entah sampai berapa ronde saat itu tapi yang pasti saya kalah terus bahkan tidak pernah remis/seri sama sekali, hehehe. Wahh susahnya bermain dengan K'Samy, baru kali itu saya bermain catur tak berkutik, kalah terus, cape deh...Hari itu tidak terlalu banyak aktifitas dan tidak terlalu melelahkan hanya kepala saya saja yang pusing karena kalah terus main catur, dan sore pun tiba kami ingin kembali ke desa Dulosi tapi lagi-lagi kami ditawari makan sebelum berangkat pulang. Makan lagi di rumah k'Samy (saya merasa tidak enak karena hanya bermain catur saja dikasih makan dan minum kopi).
Setelah makan kami ke rumah Mama kecil dengan maksud mengambil pakaian kami yang di jemur tadi. Begitu sampai, kami pun lantas disuguhkan makan lagi, wow makan lagi guyss, yup begitulah memang adat di sana begitu ada tamu datang ke rumah mereka maka disuguhkan makan walaupun makan seadanya. Untuk menghargai Mama Kecil yang sudah bersusah payah menyiapkan makan maka kami pun makan lagi, hahaaa kueenyangnya..Setelah makan malam dua kali, akhirnya bisa pulang juga ke Dulosi, yeahhh dan setelah sampai bukannya langsung tidur tapi malah disuguhkan kopi lagi oleh ka'Glory. Walah bagaimana badan tidak tambah gemuk jika dikasih makan dan minum kopi melulu, hehehe. Tidak apalah walaupun kalah melulu tapi banyak makan dan minum kopi, uhhuuii..zzzz,zzzzz waktunya tidur.















Selasa, 03 Juli 2012

Rote Ndao - Day 3

Adventure to Rote Ndao

- Selasa, 3 Juli..hari ketiga petualangan dan hari yang paling berharga menurut saya selama di Rote

Memulai hari pukul 6.30 pagi waktu setempat, bersiap-siap dan sarapan pagi dengan secangkir kopi dan roti buatan pengelola penginapan. Satu jam kemudian datang si Yonna dan kami segera ke pelabuhan, loh ngapain?? untuk beli tiket kapal laut cepat, Express Bahari , saya harus kembali ke Kupang karena tiket pesawat Kupang-Jakarta yang sudah ada akan kadaluarsa jika tidak digunakan. Ngantri dulu guyss coz banyak yang sudah pesan dari kemarin, "walahh mana saya tau kalo harus pesan dahulu ya". Untunglah ada si Yonna yang suka SKSD (sok kenal sok deket, hehe) dengan seorang To'o (paman) berkumis, dengan bujukan spesialisnya Yonna, paman itu mau mengambilkan tiket dan kami tak perlu lagi antri, hehee. Sebelum berangkat ke tangga Mando'o, saya membeli suvenir dulu untuk buah tangan nantinya dan untungnya si Yonna punya kenalan yang menjual oleh-oleh kerajinan tangan khas rote. Jaraknya pun tak begitu jauh dengan pelabuhan tempat kami membeli tiket kapal cepat. Ditoko itu saya melihat souvenir-souvenir yang menarik diantaranya topi Tiilanggga (topi yg terbuat dari daun dan pelepah pohon lontar bentuknya seperti topi koboi dan punya tanduk satu didepan yang melambangkan suku kerajaan), kain tenun tradisional, kaos, sasando (alat musik khas Rote, dimainkan dengan cara dipetik) dan kerajinan tangan yang lain..akhirnya saya menjatuhkan pilihan kepada kepada Tiilangga dan kaos yg bertuliskan "Rote Island, the southest of Indonesia" sebanyak 7 buah dengan tawar menawar terlebih dulu. Sebenarnya saya pun ingin membeli kain tenun tapi karena tawar menawar yang alot akhirnya saya tidak jadi beli (klo dipaksain beli tekor). Sesi belanja pun selesai tapi belanjaan sengaja dititipkan di toko itu, maka segeralah kami benar-benar berangkat ke tangga Mando'o. Perjalanan ditempuh kira-kira 30 menit dari pelabuhan, saya membonceng Yonna dan Eno sendiri dengan motor 'laki-laki nya".


Banyaknya Pohon Kelapa

Perjalanan yang sangat menantang karena mayoritas jalanannya sudah rusak tapi yang saya suka adalah tidak macet dan masih banyak bentangan alam yang dapat dilihat, bukit-bukit, pohon bahkan hewan setengah peliharaan (setengah..??yup karena dibiarkan berkeliaran dijalanan bahkan ada yang menyabotase jalan). Sebelum akhirnya sampai ditangga Mando'o kami harus melewati rintangan yang ekstrim, danger pula (kira-kira 60 derajat kemiringan), tanjakan itu mungkin tidak se-ekstrim itu jika jalannya tidak rusak parah dan tak berpasir. Terpaksa si Yonna turun dan naik tanjakan itu by foot. Menyiapkan tenaga dan menarik napas panjang baru setelah itu tancap gas dengan gigi satu dan ditengah tanjakan ganti gigi dua, yup akhirnya dapat terlewati juga dan untunglah motor tidak berhenti di tengah tanjakan. Giliran si Eno dengan motornya tapi kali ini dia terhenti di tengah tanjakan dan harus bersusah payah dahulu karena jalan yang berpasir di situ tapi akhirnya berhasil juga, yeeahh berhasil..berhasil..!!


Tangga Mando'o


Kira-kira seratus meter dari tanjakan itu, sampailah di tangga Mando'o,-konon katanya, ini adalah tempat peristirahatan raja Nusak Lole dan tempat Beliau menerima teman-temannya, raja-raja Rote (ada 19 kerajaan kecil / nusak) untuk berunding merencanakan strategi perang zaman doeloe - beristirahat sejenak dan meneguk air putih. Tak berapa lama ada segerombolan domba datang (saya kira mau ikut naik tangga juga tapi ternyata tidak, hehe) disusul penggembala dombanya seorang Bapak yang sudah tua, kakek-kakek mungkin (guyyss, bukannya kalo menggembala domba, penggembalanya ada di depan, ko ini malah dibelakang ya?). Setelah itu datanglah dua orang Ibu-ibu datang dari arah berlawanan, satu orang Ibu itu memikul dua gen gula air (gen = tempat bekas minyak 5 L), menyapa mereka dan bertanya-tanya dikit.

Kawanan Domba dan Ibu-ibu yang Membawa Gula Air


Mulai menaiki tangga dan kami bersepakat untuk menghitungnya secara bersama-sama (tiap 10 anak tangga kami tandai agar tidak lupa) karena kalo hitung sendiri kemungkinan salah nya lebih besar (loh kenapa ya?). Baiklah anak tangga pertama pun terlewati hingga sepuluh, tanda 1 untuk sepuluh masih belum terasa capeknya...lanjut dua puluh, tiga puluh sampai seratus (haa..huu..haa..huu..napas saya mulai terputus-putus tapi kenapa si Eno dan Yonna terlihat masih kuat, maklum mereka masih lebih muda dari saya). Sesi pemotretan dimulai lagi ceprat cepret (untuk setiap anak tangga kelipatan seratus kami sepakat untuk mengambil gambar, narcis dikit, hehehe).

Eno di Tangga ke-100


Lanjut naik tangga hingga dua ratus dan ternyata saya tertinggal paling belakang (hebat toh membiarkan yang lebih muda tuk memimpin di depan, haha..padahal mah dalam hati ingin berteriak "heyy, tungguin dong, kalian laju sekali" tapi rasanya malu hati..). Sampai di tangga dua ratus, sesuai kesepakatan cklik-cklik dlo dan pemandangan di anak tangga dua ratus itu lebih bagus dari anak tangga seratus. Berlanjut lagi, puncak tangga belum sampai nih dan saya pun makin jauh tertinggal oleh dua bocah tersebut (bocah..!!masa kalah sama bocah, hahaha). Beberapa kali kami pun salah menghitung dan harus di hitung ulang dari anak tangga yang sudah kami tandai per sepuluh, disinilah terjawab kenapa harus hitung bersama-sama, karena konsentrasi kami akan berkurang ketika tubuh kelelahan sehingga hitung bersama-sama merupakan opsi yang paling baik, bisa mengoreksi satu sama lain (nahh alasan ini yang paling masuk akal). Sampai di tangga 300, seperti sebelumnya foto dong (foto dengan wajah yang terlihat lelah, hehe). Puncak anak tangga sudah terlihat, bergegas kami pun menanjaki anak tangga sisanya dan pasti saya yang paling belakangan lagi...

Yonna di Puncak Tangga Mando'o


Sampailah di anak tangga 358, anak tangga terakhir. Di puncak terlihat ada dua pendopo untuk beristirahat, sebenarnya ekspektasi saya tentang tangga Mando'o ini tidaklah sebagus apa yang saya pikirkan tapi guyss ketika lihat dari puncak itu, terbentang suatu pemandangan yang begitu indah ketika melihat pohon-pohon bakau, pantai, laut, dan pulau-pulau kecil ditengah laut (wow sungguh Indonesia suatu negara yang kaya akan alamnya dan Tuhan sudah memberikan itu kepada Indonesia, so great). Terlebih saat itu tidak ada manusia selain kami bertiga seakan-akan puncak itu hanya milik kami (yang lain ngontrak dulu ya bentar, hihi). Angin bertiup kencang, rasanya tubuhku akan terbang tertiup angin dari atas sana yang akan membawaku kepada orang-orang yang kukasihi dan biarlah kerinduan ini kulepaskan dengan untaian kata-kata yang tak terucapkan dalam hati.
Setelah ambil pose di beberapa titik di puncak itu, kira-kira jam 10 pagi, kami pun bergegas untuk turun karena waktu sudah mepet untuk segera ke pelabuhan lagi. Kapal Express Bahari akan berangkat sekitar jam 12 waktu setempat menuju Kupang. Kami harus melewati anak tangga terlebih dulu dan itu banyak cuy, 358 anak tangga, andai saja bisa langsung loncat atau meluncur dari sana tak akan repot-repot melewati anak tangga itu satu persatu...
Akhirnya kami memulai perjalanan turun anak tangga Mando'o dan seperti biasa yang lebih muda yang duluan (saya ketinggalan trus, yesss..loh ko), guyss perjalanan turun anak tangga tidak terlalu melelahkan dari pada naiknya terlebih saat itu kami sambil bercerita dan sesekali bernyanyi dengan suara sumbang, hehe. Sampai bawah si Yonna mengatakan bahwa anak tangga ini ada 359 (what? kita terlewat menghitung 1 anak tangga), yup, di tangga pertama itu ada anak tangga kecil yang sudah mulai rusak tapi tetap saja kan hitungannya anak tangga (padahal sudah itung bertiga masih kurang aj ya). Tuk sementara kami mengatur napas dan minum sambil lepas lelah, rencananya saat itu adalah singgah ke rumah Yonna meskipun dengan negosiasi bermacam-macam dan sedikit pemaksaaan, hehe (karena di hari pertama ketemu dia tidak bersedia kami singgah kerumahnya, padahal saya dan Eno sudah jauh-jauh ke Rote tapi ga boleh ke rumahnya, ckckck). Setelah singgah sebentar di rumah Yonna, baru ke pelabuhan, begitulah rancananya.


Akses Jalan Menuju/dari tangga Mando'o


Yup, lao leo (bahasa orang Rote, artinya mari sudah or ayo pergi), wow kami harus melewawti jalan yang rusak dan mendaki itu terlebih dahulu tapi ini kebalikannya yaitu turunannya dan Eno mempunyai kesempatan pertama untuk itu, tanpa kesulitan dia bisa dengan baik melewatinya karena memang motornya besar dan stabil. Giliran saya agak tegang memang karena motor kecil dan bukan punya saya, hehee. Yup sempat terpelesat tapi untungnya tidak jatuh karena bantuan kaki dan akhirnya bisa terlewati juga meskipun kaki saya jadi kotor dan berdebu. Yup baiklah saatnya melaju dengan sepeda motor dan disaat bersamaan si Yonna yang saya bonceng merekam video dengan kamera untuk merekam petualangan kami serta lingkungan di sekitar perjalanan (yuhuuii, si bocah petualangan banget daah) video itu pun terekam dua kali. Setengah perjalanan si Yonna tiba-tiba mengatakan "berhenti dulu" dan saya pun bertanya "ada apa??", lalu dia mencari-cari dompetnya dan seketika itupun saya terkejut (waaa, pasti terjatuh) tapi kami berusaha tenang dan coba mencari di saku nya serta mencoba berpikir ada di mana dompetnya terakhir kali (dompet itu berisi sebuah HP, STNK dan SIM, mungkin HP nya tak seberapa tapi untuk STNK dan SIM akan sulit mengurus hal itu). Rasanya memang dompet itu sudah terjatuh entah dimana ketika Yonna merekam video tanpa terasa dompet yang ada ditangannya sudah tidak ada lagi dan saya coba misscall ke nomor HP nya Yonna tapi tidak aktif. Saya pun memutuskan untuk kembali lagi sambil berharap dompet itu bisa ditemukan, upss si Eno sudah jauh meninggalkan kami berdua, akhirnya saya sms dia tuk memberitahukan balik lagi agar mencari dompet si Yonna yang terjatuh. Menelusuri jalan yang di lewati sambil bertanya kepada orang-orang yang kami temui apakah melihat dompet hitam yang terjatuh dan asilnya pun nihil yang pada akhirnya kami sampai di tanjakan yang ekstrim menuju tangga Mando'o. Saya bertanya kepad Yonna "kira-kira terjatuh di mna Yoh saat kmu merasakan dompet itu sudah tidak ada lagi?coba ingat-ingat lagi" dan jawabanya "kira-kira saat merekam video yang kedua bang", itu berarti tidak beberapa jauh dari danau yang kita lewati tapi entahlah karena itupun masih mereka-reka.
Si Eno pun akhirnya kembali lagi dan kami menceritakan apa yang terjadi..Waaa waktu sudah bertambah mepet karena saya harus ke pelabuhan, tiket Express Bahari sudah ditangan dan tiket pesawat terbang jam 3 sore waktu setempat, akhirnya kami memutuskan untuk ke pelabuhan tapi dengan mengendarai motor pelan-pelan sambil berharap dompet bisa ditemukan.
Sepertinya dompet itu tak akan kami temukan, sampai ditempat si Yonna mengingat dompetnya terjatuh, memang tidak ada, tapi kami sempat berpesan jika ada yang menemukan tolong hubungi no berikut...Kami pun beranjak ke pelabuhan dan sampai kira-kira jam 12 lewat sedikit, syukurlah kapal lautnya belum berangkat.. Menunggu 15 menit kapal lautnya belum berangkat juga, ohhh tidak..!!
perjalanan dari Rote ke Kupang by kapal Express Bahari kira-kira 2 jam dan cuaca nya kurang bersahabat karena angin kencang dan tiket pesawat saya jam 3 brarti tinggal 2 1/2 jam lagi (apakah mungkin bisa tiba di sana tanpa ketinggalan pesawat, sedangkan chek in di bandara minimal 30 menit sebelum keberangkatan, wuuahhhh). Setelah dipikir-pikir hal itu tak kan bisa terkejar, dan akhirnya saya harus membatalkan kepergian ke Kupang hari itu dan pastinya tiket pesawat terbang akan hangus. Sesegera mungkin saya mencoba menawarkan tiket Express Bahari kepada orang-orang yang berada dipelabuhan yang tidak dapat tiket dan masih berminat untuk ke Kupang. Sambil agak berteriak kepada orang-orang di pelabuhan ternyata ada juga seorang laki-laki yang mau membeli dengan harga yang sama ketika saya beli (untung tidak lenyap juga uang tiket Express Bahari saya, harga tiket kapal cepatnya 165 rb). Sedikit agak tenang dan lega tapi masalah belum berhenti disitu, masih ada dompet yang belum ketemu. Kami duduk sejenak berpikir sambil membasahi tenggorokan yang kering dan mengganjal perut dengan makanan ringan (entah kenapa si Yonna malah senyam senyum sambil berkata "tapi saya ko merasa tidak kehilangan ya" nah loh jelas-jelas dompetnya sudah hilang tapi bisa merasa begitu ya, yang sangat jelas ya tiket pesawat saya sudah hangus dan kepalaku cenat cenut saat itu). Berusaha tenang dan berpikir bagaimana baiknya tapi sepertinya tak akan bisa berpikir klo perut kosong, yup kami sudah merasa lapar dan memang sebaiknya mengisi perut dahulu sebelum mumutuskan akan berbuat apa.
Setelah makan kami akan mencoba mencari dompet itu lagi dan jika memang tidak ketemu kami akan pergi bersama-sama ke rumah si Yonna untuk menghadap dan laporan bahwa STNK dll telah hilang kepada orangtuanya, woww semoga Bapak nya Yonna tidak berkumis.
Sepakat tuk menjalankan misi mencari dompet, kami berangkat menuju tangga Mando'o lagi padahal belum pernah saya ke tempat objek wisata dua kali dalam 1 hari (kalian sudah pernah guyss?). Ketika sampai setengah perjalanan kami mulai memperlambat kecepatan sambil melihat-lihat di sekitar jalan berharap dompet ketemu.
Sampai di tanjakan ekstrim sebelum tangga Mando'o, tanjakan itu tak terlihat ekstrim lagi bagi kami mungkin karena kami sudah pernah melewatinya dan ada yang lebih ekstrim lagi, apalagi klo bukan dompet yang hilang. Kami pun sampai di Tangga Mando'o lagi dan kali ini kami ingin mencoba mencari di puncak tangga mungkin ada disana. Si Yonna pun dengan cepat menaiki tangga-tangga itu lagi di ikuti si Eno dan saya yang terakhir seperti biasanya.
Mereka menaiki tangga lebih cepat dari yang pertama maka saya pun ketinggalan lebih jauh lagi dan napas saya terputus-putus, beberapa kali saya berhenti serta menarik napas yang panjang (guyss, lain kali jangan terburu-buru ya..!!).
Saya tahu kekhawatiran Yonna meskipun dapat tersenyum tapi raut wajah dan matanya tak bisa ditutupi mengkhawatirkan hal itu, terlebih ketika ia duduk di pendopo puncak tangga Mando'o. Saya yang sampai terakhir bertanya kepadanya "ada Yonna?', tapi ia hanya tersenyum, dan saya berkata lagi "it's ok Yonna, everything will be allright". Tak sampai 15 menit disana dan kali ini tanpa berfoto-foto ria (bagaimana bisa berfoto-foto dalam keadaan seperti itu ya), kami segera turun dari sana. "Kita harus pergi kerumahmu Yonna bersama-sama, paling tidak agar tidak hanya kamu saja yg dimarahin, senang bersama-sama dan susah pun bersama-sama". Dengan ragu-ragu Yonna menjawab "rasanya tidak", hmmm saya dan Eno pun memberikan masukan-masukan yang lain kepadanya dan perlahan-lahan Yonna pun mulai melunak, "baiklah, tapi saya harus menelepon kakaku dulu untuk tanya pendapatya" seru si Yoh. Kami segera bergerak karena di sana sinyal telepon putus nyambung (lagu kali putus nyambung..). Sambil menuju rumah Yonna, kami coba melihat-lihat jalan yang kami lalui, sapa tahu dompetnya ada dan tentunya bertanya-tanya pada orang. Mata kami pun dibuka lebar-lebar dan mulut kami pun tak henti-hentinya bertanya kepada orang sekitar yang kami temui (agak aneh kalo bertanya kepada orang dewasa, ketika bertanya jawaban mereka tidak sesuai dengan pertanyaannya "Permisi Pak/Ibu apakah tadi lihat dompet hitam yang terjatuh?", kebanyakan dari mereka menjawab "saya dari tadi ada disini or saya baru saja datang". Hal itu berbeda ketika kami menanyakannya kepada anak-anak kecil "de, tadi lihat dompet hitam jatuh tidak" dan jawab merek "tidak",disinilah terlihat kepolosan anak-anak kecil sedangkan orang dewasa berusaha untuk memproteksi diri mereka dengan alibi-alibi dan jawaban yang sebenarnya tidak saya inginkan, please katakan saja tidak or iya).
Baiklah dompet belum juga ditemukan, akhirnya kitapun berhenti sejenak dipinggir jalan yang sinyal telepon tidak putus nyambung lagi, saya meminjamkan HP tuk Yonna menelepon kakaknya. Setelah bercakap-cakap melalui HP Yonna mengatakan pendapat kakaknya supaya kami tidak perlu pergi kerumahnya tuk menjelaskan kehilangan itu (what??kenapa kakaknya berkata seperti itu, dari sudut pandang mana dia berpikir, hmm mungkin dia berpikir agar masalahlah ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan). Tapi saya dan Eno merasa perlu untuk pergi bersama-sama, Eno berkata "lebih baik beban yang ada diangkat 3 orang dari pada sendiri" dia pun berkata "kita berdoa aja dlu" dan saya diminta pimpin doa dengan alasan yang paling tua (wuaa, sebenarnya sih saya sudah lama tidak pernah pimpin doa lagi dan berdoa pun jarang hanya untuk makan saja, tapi untuk kali ini it's ok lah jika itu bisa menenangkan hati Yonna). Tak berpikir lama dan tak mencari tempat yang lebih aman, kami pun mulai berdoa di pinggir jalan itu (untunglah jalan disana jarang orang lalui meskipun beberapa kali saya mendengar suara motor melalui kami, saya hanya takut dianggap seperti orang kafir dan saya pun berusaha fokus untuk berdoa). Setelah berdoa saya merasa begitu yakin karena kekwatiran kami sudah kami serahkan kepada-Nya dan pasti langkah kami dimudahkan. Yup, brangkatlah kami menuju rumah Yonna dan pikiran-pikiran negatif masih muncul di benak Yoh (wajarlah namanya juga manusia). Sampai di rumah Yonna, rumah yang banyak ditumbuhi tanaman-tanaman di pekarangannya dan pastilah keluarga ini suka berkebun kecil-kecilan. Si Yonna mempersilahkan kami duduk yang disambut oleh ibunya dan kami pun berbincang-bincang, tak berapa lama bapak Yonna datang yang katanya sedang memberi makan sapi tadi.
Kami berbincang-bincang lumayan lama dan pada saatnya mengatakan maksud kami bahwa dompet Yoh yg berisi STNK, SIM dan HP telah hilang diperjalanan pulang dari tangga Mando'o, kami pun meminta maaf akan hal itu dan ternyata Bapak Yoh mau mengerti (tidak marah-marah ko seperti yang Yonna kawatirkan).
Setelah itu pun kami pamit kepada bapak dan ibu Yoh, bersamaan dengan itu Yonna ingin mengurus surat kehilangan di pos polisi setempat dan kami pun mengatarnya. Saat diperjalanan Yonna bercerita bahwa tadi sebenarnya dia sudah memberitahukannya langsung kepada bapaknya berita kehilangan itu saat masuk ke bagian dalam rumahnya dan bagusnya bapaknya tidak marah-marah seperti apa yang Yonna bayangkan (saya pun akhirnya terkejut dan tertawa senang). Sampai di kantor pos polisi, kami ingin memohon minta surat hilang tapi polisi yang kami temui itu berkata "besok pagi saja datang lagi ke kantor sebelah sana" pak polisi itu sambil menunjuk kantor sebelah yang sudah tutup. Dengan sedikit perdebatan kami meninggalkan pos polisi itu, usaha kami berlanjut ke Swara Malole yaitu satu-satunya stasiun radio di Rote dengan maksud ingin menyiarkan kabar kehilangan melalui stasiun radio tersebut. Dari stasiun radio itu, kami singgah di nasi goreng karena perut sudah lapar (nasi gorengnya buaanyak sekali, baru kali itu saya makan nasi goreng tidak habis, buang-buang makanan dah). Si Yonna kembali kerumahnya setelah makan dan kami masih harus menempuh jarak yang lumayan jauh harus ke Desa Dulosi melalui rute jalan yang agak panjang karena melawati "jalan potong" malam hari agak berbahaya. Seperti biasa jalan-jalan di Rote jarang sekali ada lampu jalan paling hanya satu dua saja dan seringkali pengendara kendaraan menyalakan lampu jauh yang membuat mata saya dan Eno silau. Eno yang mengndarai motor dan saya dibonceng, memacu motornya cepat dan semakin cepat karena jalan yang sepi tidak seperti di ibukota atau kota-kota besar lainnya dan meskipun angin bertiup kencang tapi motor itupun tak kalah kencangnya hingga sampailah kami di rumah. Sejenak setelah sampai saya menatap langit dan bintang yang terlihat begitu terang dan indah setiap malam hari di Rote, ka'Glory menyambut kedatangan kami lagi (yup, karena hari sebelumnya saya sudah pamit untuk pergi, nahh ternyata balik lagi, jadi malu saya, hehehe). Kami pun menceritakan kejadian tadi sore kepada keluarga di Dulosi dan ka'Glory menyediakan kopi bagi saya dan Eno serta mengajak untuk makan tapi karena kami sudah makan, sehingga kami menolaknya baik-baik. Ceritanya pun habis dan saya membersihkan diri sebelum beristirahat, sejenak sebelum tidur saya mengingat kembali kejadian hari ini yang sangat melelahkan tapi bagi saya hari yang mengagumkan karena kami menyerahkan perkara kami kepada-Nya dan apa yang kami kawatirkan tidak terjadi dan saya bersyukur akan hari itu.


Senin, 02 Juli 2012

Rote Ndao - Day 2

Adventure to Rote Ndao

- Senin, 2 Juli 2012, Final Euro 2012 dan Nembrala Beach
Memulai hari yang terlalu dini, bukan karena suatu pekerjaan yang penting tapi lebih penting lagi malah, wow..yup final Euro 2012 guyss. Sebenarnya sih saya memasang alarm di HP jam 2.30 WITA tapi karena rasanya mata masih mengantuk maka saya pejamkan mata sebentar lagi alhasil ketiduran setengah jam dan itu sudah setengah pertandingan final, wahhh tidak..!! ketinggalan setengah babak.. Akhirnya saya segera membangunkan Eno untuk segera pergi ke Desa Batutua untuk nonton bareng, maklum hanya di sana yang ada listrik dan parabola untuk nonton pertandingan bola. Sesampainya di sana pertandingan sedang istirahat dan kami pun diberitahu bahwa Italia ketinggalan dua gol oleh Spanyol (waktu itu dalam hati saya tidak percaya, mungkin hanya untuk memanas-manasin saja, tapi ternyata betul setelah lihat reply babak pertama...huuuhuu sedih rasanya) *kenapa bisa, ko bisa-bisanya, heran bercampur kesal berkecamuk dalam hati saya, berharap babak kedua dapat disamakan bahkan Italia unggul. Baiklah babak kedua pun mulai, awal babak kedua cukup baik buat Italia tapi di pertengahan terlihat berantakan terlebih setelah Italia bermain 10 orang karena Thiago Mota cedera. Kuota untuk menggantikan pemain untuk Italia sudah habis, allhasil Italia bermain dengan 10 orang hingga selesai dan bertambah dua gol lagi ke gawang Italia. Setelah lihat pertandingan final itu, saya berpikir lebih baik tadi tidak usah tonton sekalian lebih enak tidur kalo tahu akhirnya bakal begitu, apa boleh buat lah nasi sudah menjadi bubur ayam dan kami pun segera pulang dengan rasa kesal sambil menggerutu selama di perjalanan menuju desa Dulosi hanya karena Italia kalah (aneh juga ya rasanya, hehe).
Tidur juga deh dan bangun pukul 9 pagi, mungkin lebih, hehehe, saya dan Eno menyiapkan sarapan mie sebelum akhirnya kami bersiap-siap untuk berangkat ke pantai Nembrala or Pantai Dela sebut orang-orang di sana. Saya, Eno dan adik Fe'i (salah satu anak Bapatua yang masih SD ikut dan bertemu Yonna yang sudah menunggu agak lama di puskesmas Batutua (kacian deh nunggu terus,,hehee) langsung saja kami berayuh ke pantai Nembrala melewati Desa Lalukoen yang ada danau besar (namanya Danau Tua) dan daerah Oenale yang banyak savananya, kira-kira lama perjalanan 45 menit dengan sepeda motor.
Batu Karang yang Teguh



Pantai Nembrala/Pantai Ba'a

Eno da Fe'i


























Meskipun air lautnya sedang surut tapi tetap saja terpancar keindahan di pantai itu dengan batu karang yang kokoh dan kuat berada di pinggir pantai yang tetap berdiri meskipun terlihat bekas kikisan air laut saat pasang di batu karang itu. Setelah puas foto-foto di pantai, kami pun singgah di suatu penginapan yang besar di dekat situ hanya ingin mengambil gambar saja, hehe..dan ternyata penginapan itu sedang dalam perbaikan, terlihat dua pekerja sedang melakukan perbaikan dan tak ada satu pun tamu-tamu di sana.

Kawan Petualang

Penginapan itu mempunyai tiang-tiang pilar dari batu-batu yang di padatkan tanpa campuran semen, terlihat unik dan klasik. Menuju pantai Bo'a dan di tengah perjalanan kami singgah di padang rumput yang luas dan padang itu tidak terlihat hijau tapi coklat karena sedang musim kemarau, indah karena keseragaman warnanya.


Padang Rumput Coklat


Sampai juga di pantai Bo'a tapi tak terlihat satupun para peselancar, yang ada hanya beberapa wanita yang sedang mencari siput laut untuk dijadikan lauk katanya,.. Tak berapa lama kami di sana, memutuskan untuk segera berangkat karena ingin mengejar sunset di pantai Nembrala karena di pantai Bo'a sunsetnya akan terhalang sebuah bukit. Sebelum tiba kembali di pantai Nembrala, kita singgah di kafe untuk melepas dahaga dan barulah disana kami menjumpai orang asing meskipun hanya duduk minum-minum dan tidak surfing, paling tidak mengindikasikan bahwa di pantai Nembrala memang sering di kunjungi orang-orang dari mancanegara (wow, negara Indonesia indah sekali guyss). Hmmm, sore itu di pantai Nembrala sunset tak seindah yang terpikirkan karena tertutup oleh awan hitam (mendung), tapi tak apalah meskipun begitu telah terpuaskan oleh pemandangan selama perjalanan tadi.

Sunset yang Terhalang Awan Hitam

Yup hari pun menjelang malam, kami pun segera beranjak tuk pulang. Sesampainya di Dulosi, Ka'Glory langsung menyuguhkan kopi kepada saya, Eno dan Yonna dan memang harus diminum sampai habis untuk menghargai si pembuatnya, hehee. Karena si Yonna seorang wanita tapi nggak super dan hanya sendirian tuk pergi pulang ke rumah nya di Ba'a melewati jalan yang katanya rawan, maka saya ikut bersama dia tuk mengantarkannya dan menginap di penginapan di daerah Ba'a. Perjalanan dari Dulosi ke Ba'a lewat jalan potong di malam hari agak berbahaya (ada yangg suka palang jalan dan merampok), itulah yang dikatakan ka'Glory dan Bapatua sehingga ka'Glory memberikan usulan untuk mengantar kami sampai pertigaan Busalangga, Desa Oebatu (disana sudah aman), karena tidak enak hati jika menolaknya maka kami pun ikut saran ka'Glory. Sebelum berangkat saya menggambil gambar keluarga di sana sebagai kenang-kenangan nantinya setelah itu saya berpamitan kepada mereka semua, bye..bye..Saya dan Yonna dengan motor yang sama sedangkan Ka'Glory dengan saudaranya di motor yang berbeda untuk mengantarkan kami. Sampai di pertigaan Busalangga, Desa Oebatu, dengan candaan "saya tidak perlu mengantar balik toh, hehe" akhirnya kami berperpisah dengan Ka'Glory. Perut terasa keroncongan maka saya dan Yonna mencari tempat makan tuk bisa mengisi perut, horeee dapat juga di depot Valerie, di Kelurahan Mokdal, maka segera kami pesan soto untuk dua orang..Makan pun selesai (tapi Yonna tidak menghabiskannya, hhmmm kenapa kebanyakan wanita makannya sedikit dan membuang makanan kan sayang banget tuh, sedangkan banyak orang-orang yang masih kelaparan).
Setelah itu kami mencari penginapan tuk saya di sekitar Ba'a, penginapan yang pertama di singgahi ternyata sudah penuh dan yang kedua harganya mahal, akhirnya yang ketiga dapat yang kosong dan harganya termasuk murah (cuma 65rb semalam loh). Pesan satu kamar (loh ko cuma satu, ya iyalah karena si Yonna kan rumahnya di daerah Ba'a, so tidak perlu menginap di tempat penginapan apalagi kalo sekamar dengan saya, hahahaa). Sungguh lelah hari itu, setelah saya membersihkan diri dan sejenak melihat bintang-bintang akhirnya terlelap......

Minggu, 01 Juli 2012

Rote Ndao- Day 1

Adventure To Rote Ndao


Memulai Hari Petualangan menjadi si bolang...
- Minggu, 1 Juli 2012, Brangkkaaaattt
Pagi mulai menyingsing, matahari menanjak cepat seakan ingin membagikan sinarnya yang menyengat ke seluruh kota Kupang. Yup, hari itu menjadi awal keberangkatan saya menuju Pulau Rote.
Bersama teman saya namanya Eno (bukan Lerian) -yang kebetulan sekali adalah putra asli Rote tapi sejak kecil sudah tinggal di Kupang dan sudah lama tidak berkunjung ke kampung halamannya di Rote- berangkat dari mess kantor Kupang jam 07.00 WITA by motorcycle kepunyaan Enno. Tiba di pelabuhan Bolok kira-kira jam 8, dengan secepat kilat antri beli tiket kapal laut karena takut kehabisan tiket atau takut loket pembelian karcis sudah tutup, maklum kapal lautnya akan berangakat 60 menit lagi...Di sini saya dan Eno naik kapal Feri lambat.

Daratan yang Mulai di telan Air Laut

 kami berangkat menyebrangi Selat Rote (pertemuan antara Laut Sawu dan Samudera Hindia) jam 9 pagi waktu setempat dan tiba di Pulau Rote sekitar jam 2 siang. Panas dan gersang serta keramaian orang-orang yang menunggu di pelabuhan demi bertemu sanak sodaranya menghiasi pelabuhan Pantai Baru itu. Setelah itu menunggangi sepeda motor 'laki2' yang Enno bawa dari Kupang melintasi jalan yang panjang dan sepi di daerah Faepopi, Rote Tengah.


Pelabuhan Pantai Baru, Rote



Kira-kira di pertengahan jalan saya bertemu adik tingkat semasa kuliah yang sudah lama menunggu kedatangan kami ("be su menunggu satu setengah jam nih, cape dehh nunggu lama-lama", kata sambutannya tuk kami..) Yohana, biasa di panggil Yona adalah guide manis yang menemani saya dan Enno selama di Rote. Beberapa hari sebelum ke Rote saya mengontak Yona tuk menjadi guide apabila saya ke Rote dan dia setuju (kalau ga setuju mah bukan adik tingkat yang baik namanya). Setelah bertemu dengan Yona maka kami bertiga beranjak menuju perkotaan.


Batu Termanu dari Kejauhan


Jalan menanjak dan menurun harus kami lalui, ada satu spot yang membuat kami berhenti sejenak mengambil gambar Batu Termanu yang dari jauh terlihat keindahannya berdiri tegak nan kokoh..Lalu beranjak menyusuri jalan yang sepi dan sejenak berhenti lagi di pinggir pantai Leli yang saat itu sedang surut air laut nya dan terlihat beberapa anak-anak sedang bermain gembira disana..jeprat, jepret dikit dolo..

Berhenti di Pantai Leli


Dari Pantai Leli berangkat menuju perkotaan yang disebut Ba'a, disanalah kami mencari rumah makan dan makan seperti orang kelaparan (maklum perjalanan jauh dan perut sudah berkumandang keras sekali). Oh ya karena petualangan ini adalah 'blind travel' tapi nggak buta-buta amat sih (yang penting jalan aja terlebih dahulu) dan tuk masalah yang akan kami hadapi pasti akan beriringan dengan penyelesaannya. Selagi makan kami merencanakan tuk tinggal di desa si Eno. Untuk menuju kesana tidak gampang loh, karena perjalananya yang penuh tantangan, jalannya berliuk-liuk dengan kondisi jalan yang terkadang bagus tapi banyak juga yang rusak selain itu banyak hewan peliharaan seperti sapi, kerbau, kambing maupun babi sering menyebrangi jalan seenaknya (mungkin mereka pikir jalan nenek monyangnya kali...).


Rumah Kerabat Eno di Desa Dulosi


Sampai di desa si Eno yang disebut Desa Dulosi or Danggoen kira-kira jam 4 sore waktu setempat, kami disambut salam hangat dan bahagia dari keluarga di sana. Rasa kangen mereka terhadap Eno terpancar dari wajah mereka, sudah lama Eno tidak pulang kampung kita-kira 15 tahun yang lalu. Saya pun berkenalan dengan mereka (meskipun tidak cipika cipiki seperti Eno) tapi terasa sambutan yang hangat dari mereka. Di rumah itu tinggal Bapatua, Matua, Ka'Glory dan Feri yg masih sekolah SD kelas 4. Hanya matua yang saat itu tidak ada di tempat, "sedang ke pantai untuk mencari ikan, udang ataupun kepiting" kata Bapatua. "aauuiii, Eno Na'e lu datang deng motor besar, pung gagah na" kata Ka'Glory yang memanggil Eno Na'e (setelah saya tanya-tanya ke ka'Glory, sebenarnya famnya Eno itu Nalle tapi panggilan kesayangannya Na'e). Disuguhkan tuak maniz yang diambil dari pohon lontar (sejujurnya saya belum pernah minum tuak maniz tapi kalo tuak yang pahit sih sudah, maklum minuman orang Batak juga seperti itu)..guyss gelasnya pung besar apa lai, talalu malah (*langsung ketularan logat orang Rote). Eno berkata "sesuai umur lae gelasnya, yang lebih tua yang lebih besar", nahh ap hubungannya ya gelas dengan umur tapi ya sudahlah akhirnya pun saya minum dari gelas yang lebih besar, weleh-weleh untung tidak teler saya. Saling bertukar cerita, Bapatua makan sirih kapur yang dibawakan Eno sebagai oleh-oleh (orang-orang tua di sana suka makan sirih loh sampai mulut dan giginya memerah). Asyik bercerita dan lepas kangen, Eno, Ka'Glory dan Feri ingin berziarah ke makam leluhur dan kerabat mereka, dari pada saya tinggal diam lebih baik saya memutuskan ikut dengan mereka. Menyusuri jalan kapur dan tak beraspal kira-kira 10 menit, sampailah kami di tempat ziarah,  dan saya terheran ketika tiba disana karena makamnya tidak bernama, makam-makam disana hanyalah berupa tumpukan batu-batu tanpa ada nisannya sehingga kami pun harus bertanya kepada penjaga makam disana. Lilin pun dibakar dan bunga-bunga persiapan yang dibawa dari rumah pun ditebarkan diatas makam,  nyala lilin beberapa kali padam, saya melihat pohon-pohon kelapa dan lontar berayun serta daunnya bergemuruh menandakan angin bertiup kencang sekali.
Senja pun berlalu sehingga kami bergegas pulang dari ziarah setelah pamit kepada penjaga makam. Setelah sampai di rumah tak berapa lama Matua datang dan langsung menyapa kami dengan kebahagiaan yang serupa saat melihat keponakannya datang. Malam itu kami menyantap hasil tangkapan Matua, ikan kecil, udang kecil dan kepiting serta sayur sawi yang berlimpah, yumii..
Malam begitu cerah karena bintang bertaburan (belum pernah saya lihat bintang sebanyak itu selama di Jakarta), saya dan Eno pergi ke desa seberang yaitu desa Batutua namanya. Kami singgah di keluarga k'Sammy, disuguhkan kopi dan ingin disediakan makan, tapi kami memberitahu bahwa baru saja makan di rumah. Kira-kira jam 10 malam, kami pamit dari rumah k'Sammy dan Eno mengajak saya ke tempat temannya lagi tak berapa jauh dari rumah k'Sammy.  Berhubung kami belum tahu tempatnya maka bertanya-tanya dulu kepada orang-orang yg kami temui dan lucunya kami sudah melewati mess nya dan balik lagi, ketika Eno menelepon temannya, kami sudah berdiri di depan mess dengan pintu yang terbuka tetapi karena hp nya yang tidak aktif saat ditelepon maka Eno mencoba bertanya di mess yang terbuka pintunya itu dan ternyata itu adalah mess yang kami tuju (auiii, cepedeh). Yup, wanita agak berisi itu namanya Anggi, dia bekerja di bidang kesehatan sebagai salah satu staff di Puskesmas Batutua. Ngobrol punya ngobrol kami disuguhkan lagi kopi olehnya, (guyss, minum kopi terus padahal mata sudah mau terpejam kerena perjalanan yang melelahkan) bahkan yang tadinya hanya ingin singgah sebentar malah disuguhkan indomie, alhasil jadinya dua bentar lahh..wkwkwkwk. Indomie pun selesai dilahap akhirnya diperbolehkan pulang (kalo indomie ga dimakan ga bisa pulang katanya, dari pada kami remuk dibuatnya lebih baik makan aja lah, hehe). Yess akhirnya sampai di rumah desa Danggoen/Dulosi tapi blom bisa tidur juga nih bukan kerena belum mengantuk tapi langsung disuguhkan kopi lagi oleh ka'Glory (men...dalam beberapa jam kami sudah minum kopi 3 gelas, ampunnnn tolong-tolong..).



Tiap Malam Ditemani Cahaya Pelita di Desa Dulosi


Rasa lelah pun mengalahkan pekatnya kopi yang sudah kami minum dan memang kami butuh istirahat karena jam setengah 3 subuh waktu sana ada siaran final EURO 2012 antara Italia Vs Spain. Italia merupakan jagoan saya dan Eno sehingga kami merencanakan untuk menontonnya yang sangat sayang kalo dilewatkan. Hari yang melelahkan dan waktunya untuk tidur guyss, good nite..