Selasa, 17 Februari 2015

Petik dan Makan Apel Sepuasnya

Setelah bertanya-tanya kepada warga setempat dimana saya bisa beragrowisata petik apel di Batu, Malang. Tibalah saya di daerah Selecta, tepatnya di jalan Dipenegoro 10, desa Tulungrejo kecamatan Bumiaji, Batu, Malang - Jawa Timur. Tidak ada angkutan umum yang menuju kebun apel itu, pengunjung bisa mencapainya dengan kendaraan pribadi atau menyewa jasa tukang ojek.  Setelah membayar tiket masuk Rp. 20.000,- kepada kelompok tani, saya diantar oleh Pak Eko yang merupakan salah satu tukang ojek disana. Saat berada dimotor, saya melihat langit ditutupi segumpalan awan mendung tapi tak menyurutkan rasa penasaran saya tuk mencoba petik apel. Ketika memasuki kawasan kebun apel, Pak Eko menerangkan bahwa "kebun apel di sini adalah kepunyaan beberapa petani, jadi lokasi petik apel berpindah-pindah tergantung dari kebun apel mana yang siap dipanen". Itu menjelaskan dari apa yang saya lihat bahwa ada sebagian kebun apel yang belum berbuah dan sebagian lagi siap dipanen. Saat tiba di salah satu kebun, ada seorang pemuda yang mambagikan kantong pelastik dan menjelaskan jika ingin membawa pulang apel akan dikenakan biaya Rp. 20.000,- per kilo dan bebas memakan apel ditempat sepuasnya.


Kebun Apel di Daerah Selecta, Batu, Malang


Pohon apel ternyata tidaklah terlalu tinggi, sehingga tidak terlalu menyulitkan pengunjung untuk memetiknya bahkan untuk ukuran anak kecil. Menyusuri kebun apel saya melihat beberapa kelompok pengunjung yang sedang asik makan apel yang baru saja mereka petik. Lebih ketengah saya menyusuri, melihat ada beberapa petani sedang memotong ranting pohon apel. Langsung saja saya bertanya "kenapa dipotong rantingnya pak?", "sehabis berbuah pohon-pohon apel harus dipangkas rantingnya agar bisa berbuah lagi", timpal petani apel itu. Beliau juga menjelaskan "selain harus dipangkas rantingnya, kebersihan kebun apel pun harus dijaga, seperti daun gugur dan rumput liar harus dibersihkan". "Lalu bagaimana dengan masa panennya, pak?", rasa ingin tahun saya pun menjadi-jadi. "Kira-kira 4 - 5 bulan sekali", jawabnya. 



Apel yang Matang (kiri) dan yang belum Matang (kanan)


Salah Satu Petani dan Pemilik Kebun Apel, Pak Yasin


Karena Hama, Beberapa Apel Tak Bisa Dipanen


Beliau juga mengajarkan saya memilih buah apel yang sudah matang jika, "apel yang sudah matang itu bisa dilihat dari warnanya, warna terang menandakan masih muda dan apabila agak pucat menandakan sudah matang. Hal kedua, bisa dilihat dari kuncup buahnya, jika masih tertutup artinya belum matang dan rasanya masam, jika kuncupnya sudah mekar artinya sudah matang dan rasanya pasti manis". Untuk membuktikannya langsung saja saya coba memakan apel yang ditunjukkan oleh pak petani itu, dan betul saja apa yang barusan beliau bilang. Ya memang pastinya petani apel itu sudah memahami betul ciri-ciri apel dan juga pohonnya. Namanya adalah Pak Yasin, salah satu dari pemilik kebun apel dan beliau sudah menjadi petani sedari kecil, kemampuannya bertani diturunkan oleh ayahnya. Banyak pelajaran dan pengetahuan saya dapatkan ketika berbincang dengan beliau. 


Tumapangsari

Oh ya, beberapa kebun apel disana sebagai pemanfaatan yang lain biasanya ditanami juga jenis tumbuhan seperti jahe, sawi, lengkuas dll, disebut juga tumpangsari. Jadi bersamaan dengan pohon apel ditanami tumbuhan yang lain.

Setelah cukup memakan apel dan menyiapkannya dikantong plastik, saya bergegas kembali ke tempat Pak Eko menunggu karena rintik-rintik hujan yang turun tak bisa dihindari lagi.
Sangat menyegarkan wawasan dan tubuh ketika saya mengunjungi kebun apel itu.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar