Jumat, 20 November 2015

Kemping Ceria Gunung Pancar

Belum punya rencana apapun saat weekend menjelang, saya lantas mengumbar pesan ke beberapa kawan yang biasanya punya trip kesana kemari. Gayung pun bersambut, kawan lama mengajak kemping di sekitaran Bogor. Gunung Pancar menjadi destinasi kali itu. Niken beserta suami nya Bewok menjadi list kawan yang berangkat dan berjambah si Edjie di saat-saat terakhir. Tentu saja saya lebih senang ada penambahan kawan daripada hanya sepasang suami istri muda yang ikut kemping (bisa dianggap pengawal mereka nantinya). Terik matahari di sabtu siang itu menjadi peneman perjalanan, saya menunggu Edji di terminal Kp.Rambutan dan mengisi jok belakang motor yang saya kendarai. Niken dan Bewok yang hampir kehabisan gaya, menunggu kami di perempatan jalan arah Jungle Land. Dari perempatan itu , kami menuju timur dan sekitar 30 menit kami tiba di gapura Gunung Pancar. Matahari sudah meredup saat kami tiba di sana, penjaga menghentikan kami tuk menarik retribusi masuk.
Untungnya pengurus wisata Gunung Pancar masih ada di kantor nya, sehingga kami masih semoat mengurus perijinan dan retribusi untuk kemping. Setiap orang dikenakan biaya 50 ribu, jika ingin menggunakan tenda sewaan maka akan dikenakan biaya tambahan sesuai dengan kapasitas tenda.


Saat itu pengunjung yang datang terbilang sepi, kami saja awalnya hendak mendirikan tenda di Ground A. Tapi karena sepi dan baru saja disewa untuk suatu acara maka sampah banyak bergeletakan. Akhirnya kami ke lokasi kemping Glamor, tak jauh dari gapura. Di sana sudah berdiri tenda, yang dipergunakan untuk tenda keluarga dan dilengkapi dengan asesori lampu warna-warni. Agar tidak mengganggu, kami mendirikan tenda agak menjauh dari tenda itu.
Pohon pinusnya tinggi-tinggi dan rapat antara pohonnya, jika angin bertiup agak kencang, terdengar dengan jelas gemericik ranting bahkan tak jarang ranting yang sudah kering jatuh ke bumi. Saya berniat tidur di hammock tapi hanya bertahan sekitar 30 menit, karna badan tak biasa tertekuk di bentangan kain yang diikat di dua pohon. Akhirnya hommock saya lepas dan jadikan alas tuk tidur. 



Pagi Menjelang

Matahari Muncul
SangSurya Telah Tiba
Bias Sinar Sang Surya

Sang surya yang masih muncul dari timur menyapa wajah saya dengan sinarnya. Walau tehalang awan tebal tapi tetap menghangatkan. Aktifitas  kemping dilanjutkan dengan memasak untuk  mengisi kebutuhan perut. Serasa tak ingin beranjak, saya melanjutkan menggeletakkan tubuh di matras dan berleha-leha lagi. Hal yang menurut saya menyenangkan, menghabiskan waktu bermalas-malasan ditemani suasana alam yang sejuk.


Perlengkapan Kemping

Double Hammock

Pohon Pinus - Tinggi dan Rimbun-
























Senin, 02 November 2015

Seaworld - Nostalgia Puluhan Tahun Yang Lalu

Sabtu itu saya tak ada ide dan tak ada rencana hendak kemana.
Entah ada angin apa, salah satu teman saya memberi chating-an dan bercerita bahwa seaworld baru dibuka kembali setelah ditutup satu tahun lamanya. Dengan sigap saya menaggapi obrolan itu karena entah kapan saya terakhir kali datang ke seaworld dan penasaran dengan bentuknya saat ini.
Avia - begitu biasa dia dipanggil, dengan cepat kakinya melangkah begitu kami turun dari busway, setara dengan kecepatan atlet jalan cepat. Untuk bisa mengerjarnya, saya pun berjalan lebih cepat lagi.
Melewati gerbang Ancol, harus menggelontorkan uang 25rb per orang agar bisa diperbolehkan masuk. Karena jarak dari gerbang Ancol ke Seaworld lumayan jauh dan bisa menambah keringat di baju, kami menunggu bus Wara Wiri yang bisa mengantarkan pengunjung di seputar kawasan Ancol. Tiket pass harus ditukarkan dengan harga 90 rb per orang, sama seperti di Dufan ketika masuk akan ditempelkan cap sebagai tanda sudah membeli tiket.
Arwana Merah

Pertama tama saya langsung disuguhi akuarium berisi ikan arwarna yang berwarna merah, dengan kumis yang melambai-lambai dan gigi nya runcing. Diseberang nya ada akuarium berisikan ikan air tawar, seperti ikan bawal, lele, dan mujair. Heran nya saya ukurannya yang besar, apalagi lele besar yang berkumis panjang dan tebal, huaaahh kalah donk Mr.Tukul.
Akuarium seperti milik pribadi, ditempati oleh si pemalu Dugong, yang senang bersembunyi dipinggir atas akuarium.

Lele Jumbo, Kumisnya Juga Jumbo

Si Pemalu Dugong

Akuarium Berbentuk Mobil

Akuarium Telepon Umum

lebih lanjut saya berkeliling, mengamati ikan-ikan yang banyak jenisnya dan mengingatkan saya pada masa kecil dulu ketika berkunjung ke sana. Tapi sayangnya ketika memasuki lorong akuarium, seingat saya ada fasilitas eskalator berjalan, dan saat itu sudah tak berfungsi lagi. Sayang sekali memang, padahal eskalator itu yang masih terngiang-ngiang dalam benak saya jika berkunjung ke Seaworld. Tak lama berselang, ada pertunjukan pemberian makan untuk ikan-ikan oleh dua orang penyelam.

Waktunya Ikan-ikan Makan

Dua orang penyelam itu memutar-mutar umapan makan kepada ikan pari, sehingga ikan pari itu berputar-putar layaknya seorang penari di dalam air. Anak-anak yang berkunjung bersorak sorai menikmati atraksi tersebut, ada pula yang melompat-lompat dan berdadah ria kepada kakak penyelam. Hhhmmm mungkin saya pun dahulu seperti itu, seperti melihat nostalgia puluhan tahun yang lalu.