Sekitar 3 bulan lalu, saya mengalami sesuatu yang namanya pemutusan hubungan kerja. Entah itu bisa dibilang musibah atau kebalikannya yaitu rejeki. Saat itu saya bisa bilang hal itu adalah musibah tapi saya yakin bahwa suatu saat hal itu bisa dibilang rejeki. Seakan-akan refleksi dari buku yang pernah saya baca, -beberapa bulan sebelum pemutusan hubungan kerja-, judulnya "Jangan mau seumur hidup jadi orang gajian", by: Valentino Dinsi. Didalam buku itu ditulis bahwa suatu saat seorang karyawan PASTI akan berhenti menjadi karyawan, entah orang itu pensiun, resign, ataupun kena PHK. Nah hal itu terbukti juga pada diriku, sesuatu yang saya sadari bahwa buku itu telah memperingatkan.
Apakah saya kecewa?Sudah pasti, saya marah?ya, karena cara perusahaan melakukan pemutusan kerja dengan sepihak dan tidak sesuai prosedur UU tentang ketenagakerjaan meskipun alasan perusahaan adalah 'efisiensi'. Saya sedih?yup, karena bukan hanya saya yang terkena pemutusan kerja, beberapa teman kerja yang lebih senior dari saya pun mengalaminya. Saya sedih bukan untuk diriku tapi lebih karena hal itu terjadi kepada senior yang sudah berumah tangga, punya anak-istri, tanggungan rumah dan kredit-an sana sini bahkan ada salah satu senior yang meninggal dunia setelah pemutusan kerja (mungkin tak bisa menahan beban pikiran sehingga terkena stoke). Saya senang?ada juga, karena sudah 6 tahun saya bekerja di perusahaan itu dan rasa bosan menghinggap di diriku, saya tak perlu repot-repot resign, toh ternyata jasa saya sudah tidak dibutuhkan perusahaan itu. Ibarat sampah bila sudah tidak terpakai akan dibuang begitu saja. Yup, perasaan yang campur aduk menghinggapi diriku.
Bagusnya pengalaman pahit itu datang beriringan dengan masalah-masalah yang lain, bagaikan jauh ketimpa tangga plus ketiban kulit durian, hhmmm sedap betul rasanya. Mulai dari masalah percintaan, masalah pemutusan hubungan kerja, masalah keluarga, dan masalah keuangan datang silih berganti dan melengkapi puzle masalah itu. Ko malah dibilang bagus ya? Bagus, karena aku mengalami banyak hal dan bisa bertahan. Dalam benakku, jika aku jatuh ke dalam lubang/titik yang paling dalam, apakah mungkin aku bertambah jatuh?yang harus ku lakukan adalah bangun dan bangkit, bukan?. Terus terang sungguh sulit rasanya bertahan dalam keadaan seperti itu, tapi ternyata DIA telah membantuku melewati itu semua dan membuatku semakin kuat. Bertahan dalam keadaan sulit sambil mencari jalan keluarnya dan tetap berharap itulah kuncinya. Well, ujian hidup datang tanpa diketahui, yang harus aku lakukan adalah tetap bersyukur bukan hanya saat kebaikan datang tapi juga saat keburukan/kepahitan menghampiri. Aku masih bisa menghirup udara dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Itulah HIDUP... yang lalu adalah HIStory dan masa depan adalah Mistery.
Thanks GOD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar