Rabu, 26 Oktober 2016

Kulineran di Lombok yukss..!!

Lombok itu kaya banget sama sumber alamnya, indahnya pesisir pantai nan tersohor, pemandangan bawah laut yang cantik dan mempesona, bukit-bukit yang menjuntai disisipi gunung nan gagah, serta beragam makanan yang aduhai membuat Lombok sebagai destinasi travelling yang ciamik. Nah, kali ini waktunya mengupas kuliner yang sempat saya cicipin dan masih teringat menyusup di lidah saya.



Dimulai dari Ayam Taliwang, nah cita rasa makanan ini disajikan dari ayam yang masih berusia muda. Dagingnya tak terlalu banyak tapi terasa segar, ada yang digoreng dan dibakar, lalu disajikan berdampingan dengan bumbu pedas. Rasanya, tentu saja menggoyang lidah tapi bagi yang tidak suka pedas memang seperti makan ayam biasa. Ayam Taliwang kurang lengkap tanpa Plecing, sayuran yang berupa kangkung dan toge dilumuri oleh sambel pedas, dihiasi kacang goreng dan kelapa parut yang disangrai.


Lalu berikutnya masakan sedap yang saya cicipi yaitu Sate Rembiga. Kuliner satu ini berupa daging sapi yang sudah dilumuri bumbu lalu dibakar. Tidak seperti sate kebanyakan, Sate Rembiga ini tidak lagi disajikan dengan saus kacang atau kecap. Jadi setelah dibakar, sate langsung bisa disantap dan lontong bisa dijadikan alternatif pengganti nasi untuk disantap bersama Sate Rembiga. Sop Iga tak luput dari perburuan kuliner saya di Lombok. Daging Iga sapi yang dimasak lembut dan berkuah gurih serta masam dengan aroma bawang merah yang khas. Nah kalo mau pesan sop Iga di Lombok biasa disebut dengan Bebalung.




Ada salah satu jenis sate lagi yang saya cicipi, yaitu Sate Bulayak. Kalo sate yang satu ini bisa berupa sate ayam, sate daging ataupun sate campur. Kekhasan sate ini ada pada saus kacang dan lontongnya. Saus kacang terbuat dari kacang tanah yang disangrai dan direbus. Kacang tanah lalu ditumbuk halus dan diberi santan serta bumbu lainnya. Lontong disajikan dengan cara yang berbeda, yaitu di bungkus dengan balutan janur.


Kuliner khas Lombok lainnya yaitu Nasi Puyung. Kuliner Lombok satu ini berupa nasi dan suir daging ayam dengan bumbu super pedas. Saking pedasnya, saya tak bisa menahan derasnya keringat yang muncul di dahi ketika menyantap Nasi Puyung.


Kuliner terakhir yang bisa saya cicipi di Lombok yaitu Singang. Adalah potongan ikan laut yang dimasak dengan cara direbus dan berupa kuah kuning sebagai tampilan akhirnya. Rasanya tentu saja gurih, asam dan sedikit pedas.
Meskipun belum semua kuliner di Lombok yang saya cicipi, tapi ternyata Lombok mempunyai kuliner yang bercitarasa tinggi. Suku asli Sasak memang pandai mengolah bahan makanan serta piawai memasak. Tentunya ciri khas yang utama seperti hal nya nama pulau cantik itu adalah Lombok yang berarti cabai sehingga kuliner disana tak lepas dari rasa pedas.









Selasa, 18 Oktober 2016

Kenapa nggak Kulineran di Jakarta

Siang hari itu udara Jakarta terasa panas seperti biasa, plus ditambah gas hasil buang kendaraan bermotor menambah keringat dibadan. Siang itu saya harus menunggu SKCK saya terbit di Polres Jatinegara. Adalah hal yang membosankan jika harus menunggu 2 jam lamanya menurut keterangan di spanduk untuk pembuatan SKCK baru. Langsung saja saya bergegas mencari pondok untuk mengisi perut yang sudah bergemerincing. Begitu keluar gedung polres, saya berbelok kekanan dan berjalan menyusuri gangg yang ramai oleh pedagang sambil memilah milah tawaran makanan yang ada.

Gangg Sempit, Warung Sate Sederhana
Para Seniman Lawas

Sampai pada alunan musik lawas menghentikan langkah kaki saya. Ternyata ada warung yang menawarkan sajian sate dan disanalah para pelanggan ditemani makan sambil mendengarkan lagu-lagu lawas. Begitu masuk ke warung itu, saya ditawari 3 menu khas yaitu ; sate, gulai, dan tongseng. Seraya penasaran dengan tongseng di warung itu dan kebetulan entah kapan terakhir kali saya menyantapnya, jadilah menu terakhir yang saya pilih.

Sang Pengkipas Sate Sekaligus Keturunan si Pemilik

Tungku Penghasil Tongseng Yang Lezat


Menunggu Orderan yang Sedang Diolah

Tak perlu waku lama menunggu, kira-kira 10 menit sajian itu tiba. Dengan asap yang masih mengebul menghiasi daging ditambah sayur kol dan tomat, dahaga saya pun tak tahan memandanginya. Kuah nya kental sekali, rasanya manis khas kecap Bango, dagingnya pun menyerap rasa manis nan kental itu. Sayur dan tomat menambah variasi masakan itu plus tambahan potongan timun dan bawang merah yang sengaja tidak diiris kecil-kecil. 


Lidah bergoyang menikmati lezatnya tongseng, kuping mengembang mendengarkan lagu lawas dengan satu lagu yang melegenda, Bengawan Solo. Keringat seakan tak mau diam saja, sehingga muncul dari permukaan kulit saya. Buehh kombinasi yang cihuuy di siang hari kota Jakarta itu. Klo mengutip bahasa Pak Bondan Winarno, memang layak di bilang "top markotop". Kukiner siang hari di Jakarta?kenapa tidak.
Mau tahu alamatnya?ada di gg. Lele Jl. Matraman Raya 224.
Warung Sate Sederhana itu sudah ada sejak tahun 1962, dan masih dikelola oleh keturunan aslinya.
Seporsi tongseng plus nasi putih dibanderol 50 ribu rupiah.






Kamis, 06 Oktober 2016

Tak Hanya Puluhan Pantai, Bali pun Punya Ratusan Pura

Tak perlu di sanksikan lagi bahwa Bali merupakan salah satu surganya para pelancong baik dalam maupun luar negri akan keindahan pantainya. Tapi ternyata dibalik semua itu, Bali pun mempunyai Pura yang diagungkan oleh penduduk lokal. Salah satunya adalah Pura Besakih.

Wisatawan Non Lokal

Wisatawan Lokal

Letaknya di Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali. Saya dan tiga orang kawan sepakat menyewa sepeda motor untuk menuju kesana. Berawal dari bandara Ngurah Rai, lalu kami melintasi Gianyar, lurus ke Klungkung dan menyimpang menyusuri jl. Raya Besakih. Hampir 2 jam lamanya hingga sampai di Pura itu. Utie, Asep, Jhony, dan saya langsung saja disodori kain untuk penutup pinggang kebawah oleh pemuda disana dengan 10 ribu perorang sebagai uang sewa kain itu. Serta tiket yang berharga 15 ribu perorang tanpa ada bentuk karcisnya. Tak hanya disitu, ternyata kami harus parkir motor di depan Pura Besakih yang berjarak kurang lebih 200 meter dari lokasi penjatahan karcis itu. Belum juga motor diparkir dengan benar, beberapa wanita dengan agresifnya menyerahkan kembang-kembang dan dupa lalu meminta upah balik sebesar 20 ribu perorang. Hadeehh, beginilah wajah wisata negeri ini jika sudah terkenal. Akhirnya nego biaya ganti kembang dan dupa seharga 10 ribu.






Sejatinya, kami pun tak akan melaksanakan doa-doa di Pura itu, hanya sekedar mengambil foto dan memuaskan rasa penasaran seperti apa Pura Agung Besakih itu. Memang area nya sangat luas, beberapa pura terlihat menjulang keatas, rasanya kaki ini pun tak mampu jika harus mengelilinginya kawasan Pura Besakih dalam waktu singkat. Beberapa pura ada yang dipagar dan tak sembarangan orang boleh memasukinya, tapi ada juga yang terbuka dan boleh dimasuki pengunjung.

Beberapa Warga yang Sedang Sembahyang
Ada yang Jual Buah Juga

Asep dan Ni Putu Rista - Gadis Cilik yang Bisa 23 Bahasa
Formasi Lengkap

Terlihat ada beberapa orang yang sedang melakukan rangkaian ritual doa dengan menaruh kembang dan membakar dupa. Bali ternyata tak hanya sekedar pantai tapi budaya nya pun sangat kental dan terutama sangat welcome terhadap pelancong yang singgah di pulau indah itu.