Berhubung saya diberi kesempatan singgah di Tarakan, menjadi lebih berkesan buat saya untuk traveling sejenak. Penelusuran saya melalui mbah google akan tempat wisata di Tarakan menyajikan satu tempat yang menarik buat saya. Meskipun hanya pulau kecil yang terletak di Kalimantan Utara bagian Timur tapi Tarakan sudah menjadi kota yang maju pesat, terbukti dengan bandara yang sudah berlabel Internasional dan kota yang sudah padat penduduk nya. Begitu juga dengan hutan mangrove nya, beda dengan yang ada di Jakarta karena menjadi habitat beberapa bekantan yang sudah menjadi hewan langka. Hanya berjarak 1,1 km dari tempat saya menginap, saya dan teman saya, Arin, mengandalkan kedua kaki kami untuk sampai kesana. Sekitar 20 menit kami berjalan kaki, akhirnya sampai di depan gerbang Hutan Mangrove.
|
Gerbang Hutan Mangrove - Tarakan
|
|
Jalan Setapak Hutan Mangrove |
|
Arin, Menyusuri Hutan Mangrove |
Penjaga tiket baru datang jam setengah sembilan sehingga membuat kami harus menunggunya di depan loket Hutan Mangrove. Tiket 3 ribu rupiah per-orang menjadi kunci pas buat kami untuk menelusuri Hutan Mangrove dengan luas 22 ha. Sepertinya saya dan Arin menjadi pengunjung pertama yang hadir, tak selang beberapa lama 3 orang pemuda ikut meramaikan. Tak jauh dari pintu masuk terdapat 2 sangkar burung elang leher putih, dengan matanya yang tajam, sang elang memandangi saya ketika ingin mengambil gambarnya. Beberapa penjaga kebersihan menyapuhi dedaunan yang gugur dan tergeletak di jalan yang terbuat dari kayu. Yang asik ada beberapa gazebo dan bangku meskipun ada beberapa yang sudah tidak layak. Disediakan juga tempat sampah tapi ada beberapa sampah plastik yang saya lihat tergenang di air, di sela-sela akar mangrove.
|
Sang Elang Dalam Sangkar |
|
Salah Satu yang Merawat Hutan Mangrove |
|
Ada Beberapa Tempat Duduk dan Tempat Sampah |
|
Sampah Tergenang di Air Hutan Mangruve |
|
Pengunjung Yang Asik Melihat Bekantan |
Sepertinya di tempat wisata manapun harus mengedukasi pengunjung yang datang agar tidak membuang sampah sembarangan, salah satunya mungkin dengan spanduk "ayo jaga kebersihan lingkungan". Sekilat gerakan di air bergemirik membuat Arin melonjak kaget. "Apaan tuh?", katanya. Setelah kami lihat dengan antusias ternyata seekor binatang mirip ikan -dengan kepala yang besar dan ramping di bagian bawah- yang loncat ke akar pohon mangrove, sejenis hewan amphibi pikir saya.
|
Amphibi? |
|
Bekantan-nya Terlalu Jauh dan Lensa Kamera Terlalu Pendek |
|
Bekantan, The Best Shoot |
Menyusuri lagi jalan setapak terdengar suara gaduh dan pohon yang bergoyang-goyang. Rasa penasaran membuat saya bergegas menuju sumber bunyi itu. Ternyata saya menemui Bekantan yang sedang bermain bersama temannya dan lompat dari pohon ke pohon. Sayang sekali kamera saya tidak dilengkapi dengan lensa tele, sehingga foto yang saya dapat tidak maksimal. Bekantan sendiri adalah salah satu hewan endemik kepulauan Kalimantan dan populasinya mulai berkurang sehingga bisa dibilang merupakan hewan langka. Bekantan ini mempunyai ciri khas yaitu hidung yang panjang dan besar dan menjadi ikon dari Dunia Fantasi.
|
Ikonnya Dufan - Bekantan |
Yup, keasikan dipagi hari itu cukup menyenangkan, menyusuri Hutan Mangrove dengan bonus melihat bekantan.