Jumat, 22 Juli 2016

Mencari Bekantan di Hutan Mangrove - Tarakan

Berhubung saya diberi kesempatan singgah di Tarakan, menjadi lebih berkesan buat saya untuk traveling sejenak. Penelusuran saya melalui mbah google akan tempat wisata di Tarakan menyajikan satu tempat yang menarik buat saya. Meskipun hanya pulau kecil yang terletak di Kalimantan Utara bagian Timur tapi Tarakan sudah menjadi kota yang maju pesat, terbukti dengan bandara yang sudah berlabel Internasional dan kota yang sudah padat penduduk nya. Begitu juga dengan hutan mangrove nya, beda dengan yang ada di Jakarta karena menjadi habitat beberapa bekantan yang sudah menjadi hewan langka. Hanya berjarak 1,1 km dari tempat saya menginap, saya dan teman saya, Arin, mengandalkan kedua kaki kami untuk sampai kesana. Sekitar 20 menit kami berjalan kaki, akhirnya sampai di depan gerbang Hutan Mangrove. 

Gerbang Hutan Mangrove - Tarakan

Jalan Setapak Hutan Mangrove
Arin, Menyusuri Hutan Mangrove

Penjaga tiket baru datang jam setengah sembilan sehingga membuat kami harus menunggunya di depan loket Hutan Mangrove. Tiket 3 ribu rupiah per-orang menjadi kunci pas buat kami untuk menelusuri Hutan Mangrove dengan luas 22 ha. Sepertinya saya dan Arin menjadi pengunjung pertama yang hadir, tak selang beberapa lama 3 orang pemuda ikut meramaikan. Tak jauh dari pintu masuk terdapat 2 sangkar burung elang leher putih, dengan matanya yang tajam, sang elang memandangi saya ketika ingin mengambil gambarnya. Beberapa penjaga kebersihan menyapuhi dedaunan yang gugur dan tergeletak di jalan yang terbuat dari kayu. Yang asik ada beberapa gazebo dan bangku meskipun ada beberapa yang sudah tidak layak. Disediakan juga tempat sampah tapi ada beberapa sampah plastik yang saya lihat tergenang di air, di sela-sela akar mangrove. 

Sang Elang Dalam Sangkar

Salah Satu yang Merawat Hutan Mangrove

Ada Beberapa Tempat Duduk dan Tempat Sampah
Sampah Tergenang di Air Hutan Mangruve

Pengunjung Yang Asik Melihat Bekantan

Sepertinya di tempat wisata manapun harus mengedukasi pengunjung yang datang agar tidak membuang sampah sembarangan, salah satunya mungkin dengan spanduk "ayo jaga kebersihan lingkungan". Sekilat gerakan di air bergemirik membuat Arin melonjak kaget. "Apaan tuh?", katanya. Setelah kami lihat dengan antusias ternyata seekor binatang mirip ikan -dengan kepala yang besar dan ramping di bagian bawah- yang loncat ke akar pohon mangrove, sejenis hewan amphibi pikir saya. 

Amphibi?
Bekantan-nya Terlalu Jauh dan Lensa Kamera Terlalu Pendek

Bekantan, The Best Shoot

Menyusuri lagi jalan setapak terdengar suara gaduh dan pohon yang bergoyang-goyang. Rasa penasaran membuat saya bergegas menuju sumber bunyi itu. Ternyata saya menemui Bekantan yang sedang bermain bersama temannya dan lompat dari pohon ke pohon. Sayang sekali kamera saya tidak dilengkapi dengan lensa tele, sehingga foto yang saya dapat tidak maksimal. Bekantan sendiri adalah salah satu hewan endemik kepulauan Kalimantan dan populasinya mulai berkurang sehingga bisa dibilang merupakan hewan langka. Bekantan ini mempunyai ciri khas yaitu hidung yang panjang dan besar dan menjadi ikon dari Dunia Fantasi. 

Ikonnya Dufan - Bekantan

Yup, keasikan dipagi hari itu cukup menyenangkan, menyusuri Hutan Mangrove dengan bonus melihat bekantan.

Rabu, 06 Juli 2016

Libur Lebaran di Ragunan

Libur tlah tiba, libur tlah tiba, hore hore hore.... Begitulah syair lagu yang saya ingat ketika libur datang. Ya, hari lebaran menjadi andil bagi saya dan keluarga untuk berlibur bersama. Meskipun kunjungan kali ini tak jauh jauh amat, tapi karena bareng keluarga hal itu menjadi spesial. Kebun binatang Ragunan, yang terletak di Jakarta Selatan menjadi pilihan kami berlibur, alasannya karena dekat dan murmer. Saya sih tadinya berpikir kalo hari pertama lebaran pasti sedikit yang akan pergi ke Ragunan, karena sebagian orang akan sibuk mudik ke kampung halaman. Tapi saat tiba di parkiran Ragunan, asumsi awal saya menjadi buyar karena sudah banyak motor yang terparkir disana belum lagi antrian pengunjung di loket. Wah, bukannya tempat hiburan yang sepi yang kami datangi tapi malah melimpah ruah keramaian pengunjungnya. Saat antri menuju loket parkir Ragunan, terdengar suara seorang pria yang dibantu toa. Dia menyerukan bahwa karcis tiket sudah berubah menggunakan kartu DKI yang dijual 10 rb dengan pengisian pulsa awal 20 rb. Kartu itu juga bisa digunakan untuk busway transjakarta dan tiket Kota Tua, pria bertoa itu menjelaskan dengan lantang. Salah satu terobosan yang brilian karna mengurangi penggunaan kertas untuk tiket. Meskipun agak maksa karna harus beli kartunya yang harga 10 rb itu (lebih bagus kalo kartunya gratis, tinggal pulsa nya yang harus diisi). Biaya masuk motor adalah 3 rb dan pengunjung dikenai biaya 4 rb perorang, murah bukan?.

Welcome to Ragunan


Kakak Tua Raja

Merak
Beruk on Action
Lutung Budeng

Begitu masuk Ragunan, keramaian sudah terlihat dimana-mana, ini sih jadinya liat manusia lalu lalang bukan hanya liat binatang saja, batin saya bergejolak. Oh ya, saya yang mengajak Mama, Kakak, dan Adik mula-mula melihat hewan reptil dan burung. Ternyata burung Kakak Tua banyak jenis dan warnanya, padahal yang saya tahu hanya lah berwarna putih. Beranjak mengunjugi hewan mamalia, ya salah satu nya adalah orang utan. Tingkah lakunya ya tentu saja bergelayutan di taman bermain yang disediakan di kandang nya. Hewan yang paling seru kami lihat adalah gajah, dia bisa berjalan mundur tanpa menengok ke belakang. Sepertinya gajah itu sudah hafal dan terbiasa jalan mundur tanpa terjatuh. Ada yang seru dari perilaku si gajah, setelah menghampiri pengunjung gajah itu lantas buang air besar dan kecil seakan-akan meledek kami yang ingin berfoto bersama-nya.

Sang Gajah yang Siap Meledek Pengunjung

Ber-uang Madu

Mom dan Burung Onta yang Saling Memandang

Kereta Mobil
Sisters


My Lovely Mom


Together

Belum ada setengah kebun Ragunan itu kami lalui, Mama saya sudah terlihat lelah sekali. Kereta mobil yang lintas di hadapan kami menjadi alternatif untuk mengelilingi kebun raya itu. Tiket Rp 7.500,- per orang harus disediakan untuk menaiki kereta mobil itu. Menaiki kereta mobil itu hanya memutari kebun Ragunan tanpa berhenti di tiap kandang binatang. Yang mengecewakan lagi tak banyak binatang yang bisa di lihat saat menaiki kereta mobil itu plus hanya butuh waktu 10 menit untuk berkeliling, waktu yang sangat singkat bagi saya.
Walaupun tak semewah dan tak sesuai pemikiran saya, tapi menghabiskan waktu liburan dan bertamasya bersama keluarga adalah hal yang istimewa.