Suara mendengung dari ponsel sontak mengaktifkan kuping serta membangunkan saya. Ternyata alarm yang saya set telah mencapai titik nya, saat itu juga saya bergegas untuk mempersiapkan diri menjalani hari dengan travelling. Kereta commuter yang saya tumpangi, membawa saya menuju ujung stasiun Jakarta, Kota. Seperti kebanyakan trip saya terdahulu, tak ada satupun orang yang saya kenal dan jumpai, hanya bermodal medsos dan berjumpa on the spot. Baru saja tiba dan turun di stasiun Kota, saya berjumpa dengan Sufi, asal Bogor yang ternyata 1 kereta dengan saya hanya saja berbeda gerbong.
Berhubung kami akan melanjutkan perjalanan menuju Purwakarta dengan kereta ekonomis, maka sedari pagi harus berjibaku mengantri agar kebagian tiket yang hanya di banderol 6 ribu perak. Tak lama saya dan kang Sufi mengantri, datang seorang kawan yang juga akan menuju Gunung Lembu, Edi namanya. Dari pukul 7 pagi kami mengantri dan antrian bertambah banyak hingga akhirnya pukul 9 pagi loket baru dibuka. Kawan-kawan yang lain (yang tidak mengantri alias nitip beli tiket) sudah berkumpul di dalam stasiun.
Jam 10 kereta yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang jua, penumpang yang ingin naik saling berdesakan hanya untuk mendapatkan jatah tempat duduk. Memang sesuatu yang murah harus didapatkan dengan susah payah, hufftt. Kurang lebih 4 jam kami mendiami kereta ekonomi lokal hingga benar-benar sampai di stasiun Purwakarta. Begitu sampai, kami di anugerahi hujan yang lebat seakan-akan menyambut kedatangan kami. Perjalanan di lanjutkan dengan men-charter angkot hingga di pos awal Gunung Lembu. Rasa mual diangkot selama 1 jam harus saya tahan karena jalan yang berliuk-liuk.
Tiba di pos awal pendakian, kami mempersiapkan barang bawaan dan mengisi bensin di perut. Karna abis di guyur hujan trek yang kami lalui menjadi licin, sangat licin bahkan. Tak jarang saya berpapasan dengan pengunjung yang hendak turun dihiasi dengan pakaian yang berlumpur. Ada pula saya lihat beberapa pengunjung yg meluncur saking licinnya.
Awal Penanjakan |
Tiba di pos awal pendakian, kami mempersiapkan barang bawaan dan mengisi bensin di perut. Karna abis di guyur hujan trek yang kami lalui menjadi licin, sangat licin bahkan. Tak jarang saya berpapasan dengan pengunjung yang hendak turun dihiasi dengan pakaian yang berlumpur. Ada pula saya lihat beberapa pengunjung yg meluncur saking licinnya.
Trek Diguyur Hujan |
Anak Tangga Yang Belum Rapi |
Awas Meluncur....! |
Kira-kira 1 setengah jam mengarungi trek yang mendaki, kami tiba di spot untuk mendirikan tenda dan bermalam, didekat saung dan ditumbuhi pohon jengkol, sudah ada beberapa pengunjung yang mendirikan tenda disana. Aktifitas pun dilanjutkan dengan bersantai ria sambil bersenda gurau, ada pula yang bermain kartu. Santap malam bersama, menu utamanya adalah satay maranggi, dibayangan saya satay nya berupa tusukan daging yang besar tapi kenyataannya malah cilik-cilik, mungkin dagingnya menciut saking kedinginan, hahaha. Menurut kabar, dahulu masyarakat sekitar sering menggembalakan ternak domba dan sapi disini sehingga disebutlah Gunung Lembu.
Lokasi Nge-camp |
Ada Saun-saung |
Lagi Asik Ya Broo... |
Jam setengah 6, saya terbangun dan lekas keluar tenda berniat menyaksikan matahari terbit, tapi sayang yang dinantikan tak muncul secermerlang yang diharapakan karna tertutup kabut.
Kawan-kawan lain mulai bangun satu persatu, kami memang berencana menuju puncak setelah matahari terbit. Untungnya, trek menuju puncak tak selicin kemarin meskipun jalannya masih terjal.
Sepanjang perjalanan terlihat dengan jelas waduk Jati Luhur, tak luput juga 2 makam yang kami temui (yang pertama, makam Mbah Jongrang Kalipitung dan yang kedua, makam Mbah Raden Suryakencana). Ternyata plang puncak Gunung Lembu 792 mdpl ada didekat batu besar dan ada beberapa pengunjung yang mendirikan tenda disana. Di Puncak itu juga, saya melihat sekelompok moyet yang malu-malu bersembunyi dibalik pepohonan. Dari puncak itu, kami bergerak sidikit lagi untuk sampai di Batu Lembu, bukan tanjakan yang kami lewati tetapi turunan. Akhirnya kami tiba di batu besar itu, yang bisa dengan santai menikmati waduk Jati Luhur dari atas.
Mari cintai negeri Indonesia dengan sejuta keindahan alamnya...!!
Sunrise Terhalang Kabut |
Gunung Parang di Kejauhan |
Sepanjang perjalanan terlihat dengan jelas waduk Jati Luhur, tak luput juga 2 makam yang kami temui (yang pertama, makam Mbah Jongrang Kalipitung dan yang kedua, makam Mbah Raden Suryakencana). Ternyata plang puncak Gunung Lembu 792 mdpl ada didekat batu besar dan ada beberapa pengunjung yang mendirikan tenda disana. Di Puncak itu juga, saya melihat sekelompok moyet yang malu-malu bersembunyi dibalik pepohonan. Dari puncak itu, kami bergerak sidikit lagi untuk sampai di Batu Lembu, bukan tanjakan yang kami lewati tetapi turunan. Akhirnya kami tiba di batu besar itu, yang bisa dengan santai menikmati waduk Jati Luhur dari atas.
Plang Batu Lembu |
Di Atas Waduk Jati Luhur |
Funbacker Adventure |
Mari cintai negeri Indonesia dengan sejuta keindahan alamnya...!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar