Matahari tepat berada di atas kepala saya, sinar nya yang menyengat tak menghentikan laju sepeda motor yang saya kendarai. Menyusuri jl.Raya Cileungsi, debu jalan dan asap kendaraan bermotor seakan menjadi teman perjalanan yang lekat ke tubuh saya. Saya menepi di depan gerbang taman Mekarsari tapi bukan tempat itu yang saya tuju, melainkan warung kopi yang berada di pinggir jalan. Secangkir kopi hitam yang saya pesan dari warung menyegarkan mata yang terasa redup.
Tiga orang kawan saya baru saja tiba setelah saya selesai menyeruput kopi hitam. Segeralah kami melanjutkan perjalanan menyusuri jalan raya Jonggol/Cariu. Kelak kelok jalan dan kerusakannya seakan tak terhitung. Saya berkali-kali menghentikan sepeda motor seraya bertanya pada orang dipinggir jalan kemana arah Gunung Batu. "Masih jauh, lurus ikuti jalan saja" begitulah jawab salah satu orang yang saya tanya. Setelah saya melihat dari kejauhan sebuah tanah yang menjulang tinggi, barulah tersadar bahwa itu tempat yang kami tuju. Gunung Batu itu terletak di Desa Mengker, Jonggol. Sesampainya di kaki gunung, motor yang kami tunggangi dititipkan di sebuah warung dengan upeti Rp.15.000 . Saat tiba, waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB. Langsung saja kami berempat (duplikasi EFSE); saya, Angky, Ryo, dan James melangkahkan kaki mengikuti jalur yang sudah terlihat jelas. Belum ada seperempat jam saya mendaki, napas sudah setengah-setengah maklumlah karna perutku dulu tak begini tapi kini tak kempes lagi.. Di sepertiga jalan sudah ada tenda jadi-jadian yang menjajakan minum dan cemilan, jadi bagi pendaki yang tak membawa bekal minum dari bawah tidak perlu kawatir kehausan. Beberapa jalan yang terjal sudah disediakan tali untuk bisa berpegangan, jika ada pengunjung yang naik harus bergantian dengan pengunjung yang sedang turun dalam menjamah tali tersebut.
|
Narcis Dengan Latar Gunung Batu |
|
Ini Trek Awalnya |
|
Tali nya Sangat Membantu |
|
Gantian Naik-Turun |
Belum saja kami tiba di puncak Gunung Batu, matahari sudah menghilang dari jangkauan mata. Tapi sunset saat itu adalah salah satu sunset terindah yang pernah saya lihat. Meskipun matahari sudah terbenam, kami tetap melanjutkan ke puncak. Saat di puncak, melihat sekeliling membuat bulu kudu saya berdiri karena keindahan dari sang Pencipta dan kaki gemetaran karena jalur terjal sesaat sebelum tiba di puncak itu. Dari atas terlihat daratan dibawah yang masih hijau dan beberapa bukit yang menjulang. Sudah ada 3 bendera merah putih yang tertancap di puncak dan memoriam salah satu pengunjung yang tewas sebulan lalu.
|
Melihat Kebawah |
|
Hijau bukan? |
|
Sunrise-nya Broooohh |
|
Menapah Matahari |
Hari mulai gelap dan kami tidak berlama-lama berada di puncak itu tapi ada sekawanan pengunjung yang lain mendirikan tenda hendak bermalam. Tak ada satupun diantara kami yang membawa senter tapi untung saja Angky punya HP yang bisa berfungsi sebagai senter. Napas lega bisa kembali ke warung di kaki gunung tempat kami menitipkan motor. Karena trip ini merupakan trip dadakan, alhasil persiapannya pun dadakan tetapi kami tak menyesal karena perjalanan dan pemandangannya yang mendadak membuat kami terpukau.
|
Plat Puncak Gunung Batu |
|
Berkibarlah Merah Putih |
Ciaaooo...