Rabu, 09 Juli 2014

Kuliner Asyik

Hari ini (9 Juli 2014), bertepatan dengan pemilihan umum presiden Indonesia. Nah, ceritanya kali ini setelah saya mencoblos, saya pergunakan tuk menjajal kuliner di beberapa tempat.

Yang pertama adalah Kedai Kopi Es Tak Kie, berlokasi di daerah Glodok Kota. Memasuki gang sempit yaitu gang Gloria, ternyata menyimpan banyak kuliner termasuk Kedai Kopi Tak Kie. Kedai itu berdiri sejak 1927 hingga sekarang dan sudah dipegang oleh generasi ketiga yaitu pak Latif Yusuf atau biasa dipanggil Ayung. Saya memesan kopi susu panas di kedai itu. Begitu saya cicipi, rasa kopinya berbeda dengan kopi yang pernah saya coba, terasa agak sepat dilidah. Ternyata saat diaduk, susu yang ditambahkan dikopi itu membuat minuman itu menjadi lebih nikmat. Setelah saya bertanya kepada pak Ayung, kopi tersebut berasal dari Lampung. Racikan khas kopi itu tak serta merta diberitahukan oleh beliau, mungkin rahasia yang perlu dijaga. Kedai itu buka dari jam 7 pagi hingga jam 2 siang tiap harinya. Oh ya, harga kopi yang saya pesan hanya Rp 13.000,-. Pak Jokowi saja pernah bela-belain naik sepeda dari kantor Gubernur Jakarta hanya untuk mencicipi kopi di kedai ini, masa saya tidak sih.

Secangkir Kopi Susu Tak Kie

Yang kedua, tempat kuliner yang saya singgahi adalah Warung Pasta, berlokasi di Margonda, Depok. Dari luar tempat makan itu terlihat kecil dan sederhana, tapi setelah masuk terungkap tempat yang efisien, luas dan romantis, bahkan tersedia meja di lantai dua. Daftar menu yang disodorkan, membuat saya bingung tuk memilih karena banyak pilihan dan terlihat enak, ingin rasanya saya mencoba menu itu satu persatu. Akhirnya menu pilihan saya jatuh pada 'Creamy Tako'- pasta yang dimasak pake sauce cream, gurita, smoke salmon, tobiko trus + telur diatasnya, a heaven favorites. Harga hanya Rp18.000, - dengan porsi kecil.

Spaghetti 'Creamy Tako'

Yang ketiga, yang tak kalah menarik juga adalah Soerabi Bandung. Kuliner penutup ini masih saya nikmati di daerah Margonda, Depok. Makanan ini berbahan dasar kelapa, dengan bermacam varian toping yang berbeda. Ada toping coklat, keju, pisang, atau durian. Saya memesan 1 porsi Soerabi coklat spesial. Spesial karna ada tambahan cream manis. Saat saya coba, kelapa nya terasa sekali ditambah adonan yang lembut plus manisnya cream, membuat cita rasa yang sempurna. Hanya dengan harga Rp 13.000,- saya puas menyantap 1 porsi Soerabi itu. Well, 1 hari diisi dengan kegiatan icip-icip kuliner itu mengasyikkan sekali...

Soerabi Coklat Spesial



Selasa, 01 Juli 2014

Segarkan Pikiran di Pulau Pahawang

    Sejenak ku berpikir, kemana kah langkah kaki ku akan berjalan? 6 bulan lamanya saya tidak lagi jalan-jalan setelah terakhir ke Krakatau saat pergantian tahun baru kemarin. Kepala terasa berat dan jenuh, seperti ingin ku tumpahkan semua isi yang ada di kepala saat itu. Terlebih kejadian yang baru-baru saja ku alami yang membuatku luluh lantah. Hmmm, secepat kilat ku melihat salah satu web bagi pecinta jalan-jalan, dan akhirnya tercapai destinasi yang menjawab pertanyaan di awal tadi. Itu dia PAHAWANG yang menjadi destinasiku kali ini.

         Jumat sore, ku meloncat kedalam bus Arimbi tujuan Merak dari terminal Kp.Rambutan. Menyusuri jalan lebih kurang 130 km selama 4 jam. Duduk dibangku bus paling depan, membuatku leluasa melihat jalan yang dipadati oleh kendaraan besar dan kecil. Dihibur oleh lagu-lagu cinta para seniman jalan membuat hati bertambah sendu, aisshhh. Jam 10.30 malam saya tiba di pelabuhan Merak. Trip kali ini pun saya masih bersama anggota backpacker, yang lagi-lagi saya belum kenal satu pun orangnya. Begitu tiba di depan pelabuhan Merak, ada seorang wanita yang diam berdiri, tanpa pikir panjang saya langsung bertanya padanya, "trip Pahawang ya mba?" Dia pun meng-iyakan, seraya itu juga saya berkenalan dengannya, dia biasa dipanggil Mimin alias Mince. "Yang lain belum datang ya?", tanya ku padanya. "Saya juga baru tiba", jawabnya. Kami berbincang-bincang sambil menunggu teman satu trip yang lain. Menunggu satu jam lebih, akhirnya semua kawan satu trip sudah berkumpul yang totalnya 32 orang, hmmmm banyaknya.

         JATRA II, kapal laut itu yang membawa kami menyeberangi selat Sunda. Mengapung di perairan selat Sunda 4 jam lamanya, penyeberangan yang sebenarnya bisa ditempuh dalam waktu 2 jam. Ternyata akses jalan dari dan ke pelabuhan Bakauheni sedang dalam perbaikan, sehingga mobil-mobil yang hendak masuk/keluar pelabuhan harus antri panjang dan berimbas pada kapal laut yang harus menunggu giliran parkir di pelabuhan itu.

       
Perahu Sponge Bob, ber-kapten kapal pak Agus
Perahu ber-kapten kapal pak Ipin


         Begitu sampai di pelabuhan Bakauheni, Hani selaku Thread Starter (TS), sudah menghubungi pihak mobil jasa angkutan yang akan kami gunakan. 2 mobil APV dan 1 mobil Colt, mengantarkan kami selama lebih kurang 2 jam menuju pelabuhan Ketapang. Dari pelabuhan Ketapang, 2 perahu sudah menanti kami. Perahu 'Sponge Bob' ber-kapten kan pak Agus dan perahu satu lagi ber-kapten kan pak Ipin. 2 kapten kapal itu membawa kami ke spot snorkeling yang pertama, Tegal itu nama spot-nya, uppss bukan berarti sebuah warung yang sering dilihat dipinggir jalan itu lho, hehee. Tak kuasa menahan hasrat snorkeling (maklum sudah 6 bulan tidak nyebur ke laut lagi), saya langsung loncat dari perahu itu setelah beberapa saat jangkar diceburkan. Bagaikan tetesan hujan disaat kemarau = menyegarkan, itulah perasaanku saat itu. Kembali melihat ikan-ikan berkeliaran, terumbu karang dan keindahan laut lainnya, wooww senangnyaaaaa... Meskipun saya pernah melihat keindahan alam bawah laut yang lebih bagus di tempat lain, tapi kali ini berbeda karena rasa kangen ku terhadap laut dan pantai terbayar sudah. Pikiran yang awalnya kusut, perlahan-lahan mulai membaik saat snorkeling itu hingga saya keasyikan terus-terusan di dalam air. Setelah asyik snorkeling, kami berlayar ke penginapan di pulau Pahawang Besar. Adalah rumah Pak Herman yang kami jadikan homestay, kami ber-32 masuk dalam satu rumah itu, weleh weleh. Di Pahawang terbagi atas 6 dusun, yakni Suak Buah, Penggetahan, Jeralangan, Kelompok, Pahawang, dan Cukuhnyai. Di seputar pulau Pahawang, ada banyak pulau seperti, pulau Pahawang Kecil, pulau Gosong, pulau Kelagian, dan pulau Pahawang Besar.

Kapal Spong Bob 

Ikan Badut (Nemo), di spot snorkeling pertama

       Tak berapa lama setelah kami menaruh tas dan barang lainnya, kami segera menaikki perahu tuk snorkeling lagi. Beralih ke spot yang kedua, spot ini tidak terlalu menarik. Ikannya tidak terlalu banyak dan banyak hewan kecil sejenis ubur-ubur yang menyengat gatal. Bukan cuma itu, karangnya pun patah-patah/putus seakan-akan menambah pilu hati ini yang sedang patah, huufft. Saat saya tanya sang kapten kapal apa nama spot yang kedua itu, dia menjawab Tanjung Putus, hhmmm pas banget (nanjep). Kami tak berlama-lama ada di spot itu, beralih menuju pulau Gosong. Pulau kecil yang tak berpenghuni cuma terbagi dalam pasir putih. Di sekitarnya terhampar air laut jernih berwarna toska, tidak terlalu dalam, dikelilingi oleh deratan bukit dan pulau yang menjadi lukisan alam yang mempesona. Sayangnya sunset saat itu tidak menampakkan keanggunan warna jingga nya karena tertutup segelintir awan hitam. Puas berfoto dengan bermacam gaya, kami berlayar kembali ke homestay. Duduk di depan anjungan perahu membuat ayunan gelombang laut lebih terasa, seakan merefleksikan hidupku akhir-akhir ini.

Di pulau Gosong

Sunset di pulau Gosong yang tertutup awan hitam

            Sampai di homestay, kami berlomba tuk memasuki kamar mandi tuk membersihkan badan yang lengket berlumur air garam. Badan pun bersih dari air garam, lalu perut terisi hidangan ikan laut yang sedap. Lampion time, salah satu sesi yang disediakan oleh TS. Sejujurnya saya belum pernah menerbangkan lampion, sepintas salah seorang teman berkata semoga bisa mengabulkan harapan. Well, bagi saya setidaknya mencoba hal baru, paling tidak  mencerahkan gelapnya malam. Semua lampion yang dinyalakan, terbang bersama dengan doa dan harapan. Setelah lampion terbang, entah saya salah lihat atau tidak, bintang-bintang malam bermunculan dan bertambah banyak, hal yang sudah langka dilihat di langit malam Jakarta.

Lampion Time


       Pagi di dermaga, saya dan beberapa teman menunggu munculnya sang surya. Masih terbit dari sebelah timur, sang surya menampakkan kegagahannya dan cahaya nya menyibak awan hitam. Ada harapan baru di pagi yang baru. Kami menyantap sarapan pagi, lalu beraiap-siap tuk snorkeling lagi. Ada 2 spot juga hari itu, yang pertama di Kelagian Besar, saat nyemplung, arus air nya deras sehingga banyak ikan yang bergerombolan dan berkeliaran kesana kemari. Sekelompok ikan kecil menari-nari dekat permukaan air laut, sedangkan sekelompok ikan yang agak besar, bersembunyi dibalik karang. Saat saya mendekati sekelompok ikan itu, mereka buyar lalu berkelompok kembali, lucu sekali. Tak tahan akan derasnya arus, saya harus kembali ke kapal dan agak tergopoh-gopoh karena kehabisan napas. Beranjak ke spot yang kedua yaitu Kelagian Kecil, spot yang terakhir ini menurut saya spot yang terbaik dari 4 spot yang kami singgahi. Terumbu karangnya berjajar panjang, bermacam-macam warna dan banyak ikan nya. Anemon pun tak sulit ditemui dan ikan badut yang menghibur didekat sangkarnya. Untuk spot yang terakhir itu, puas lah kami melihat keindahan alamnya, bahkan kami snorkeling dengan waktu terlama daripada di spot yang lain.

Sunrise di dermaga Pahawang

Ikan Badut (Nemo), di spot Kelagian Kecil


              Well, saatnya kembali ke homestay tuk bersih-bersih dan bersiap pulang. Dari homestay, kami diantarkan kembali menuju pelabuhan Ketapang, dan dilanjutkan perjalanan darat dengan mobil yang sama saat kami berangkat. Saat menuju pelabuhan Bakauheni, kami terhenti oleh antrian panjang mobil yang hendak menuju tujuan yang sama, antriannya kira-kira 7 km panjangnya, wow. Tapi akhirnya setelah menunggu berjam-jam antrian mobil, kami melocat ke kapal penyeberangan Elysia dan ke Jakarta aku kembali.

See yaa.....