Hujan yang turun membasahi bumi belum juga reda, tapi tak menyurutkan niat saya tuk tetap melangkah. Malam itu pukul 7, saya beranjak dari rumah menuju terminal Kampung Rambutan. Rencana mau mengalami tahun baru di pulau sekitaran Anak Krakatau. Bus Laju Prima tujuan Merak menjadi moda transportasi saya dari kp.Rambutan. Ternyata bus itu harus ngetem/menunggu penumpang di beberapa tempat sebelum benar-benar melaju. Sambil kenek menarik ongkos 20k, saya mengamati bus yang sudah penuh oleh penumpang bahkan ada yang berdiri, tidak kebagian tempat duduk. Tak terbayang jika saya harus berdiri selama lebih kurang 4 jam menuju Merak, otot kaki pasti pegel rasanya. Musik yang terus menempel di kuping saya membuat perjalanan tak terasa. Ketika saya lihat jam di hp ternyata sudah jam 12 tengah malam saat kenek meneriakkan kata Merak, berarti saya harus segera turun dan menuju pelabuhan.
Atm center pelabuhan Merak menjadi meeting point saya dan kawan-kawan backpacker. Reno yang menjadi TS (Thread Starter), mengenakan celana panjang loreng memanggil kami satu persatu, memastikan apakah jumlah pengikut trip sudah datang semua. Jumlah peserta trip kala itu ada 35 orang, jumlah yang cukup banyak yang sepertinya tak akan bisa mengenal mereka satu persatu hanya dalam waktu 2 hari 2 malam.
Kumpul di Pelabuhan Merak |
Reno mengkoordinir tiket kapal ferri kami, sehingga tak perlu mengantri tuk beli tiket seperti penumpang yang lain. Bergerombol memasuki kapal ferri dan mencari lapak tuk merebahkan badan selama perjalanan yang akan di tempuh kira-kira 2 jam lamanya. Jangkar diangkat dan kapal segera beranjak meninggalkan pelabuhan Merak. Kami sampai di pelabuhan Bakauheni, lampung pukul 4 dini hari. Selagi Reno mengurusi kendaraan selanjutnya yang akan kami pakai, beberapa diantara kami ada yang menunaikan ibadahnya dan yang lain termasuk saya memilih tuk mengisi perut yang sedari tadi sudah keroncongnan. Pukul 5 pagi, kami berangkat dari pelabuhan Bakauheni menggunakan angkot kuning yang sudah dicharter sebanyak 3 unit menuju pelabuhan Canti, kecamatan Rajabasa - Provinsi Lampung. Perjalanan kurang lebih 1 jam menuju pelabuhan Canti. Dari sana kami akan menuju homestay di Pulau Sebesi.
Pelabuhan Canti, Rajabasa - Lampung |
Kapal motor Timbul Cahaya mengantar kami ber-35 orang dengan ABK 4 orang di kapal itu, jumlah yang kontras bukan?. Selepas berlayar dari pelabuhan canti, terlihat gunung Raja Basa dibelakang pelabuhan itu. 1,5 jam kami terombang ambing di atas kapal motor sebelum sampai di Pulau Sebesi. Sampai di lokasi, kami langsung menuju homestay yang tak berapa jauh dari tempat kapal motor bersandar. Sayang homestay yang kami tempati kurang terawat, terlihat dari atapnya plafon yang berwarna kecoklatan dan ada bagian yang rusak. Ada beberapa bangunan pula yang sudah kosong tinggal kerangka nya saja dan tertutup ilalang. Tanya punya tanya ternyata homestay di sana adalah kepunyaan Pemda, ckckck.
Menuju Homestay |
Barang bawaan kami taruh di homestay, lalu kami bergegas ke kapal motor lagi tuk menuju gunung Anak Krakatau. Ada perubahan jadwal, seharusnya kami trekking ke Anak Krakatau pagi-pagi, tapi karena cuaca yang tidak bersahabat akhir-akhir ini, sang TS merubahnya menjadi siang hari. Lebih dari 1 jam lagi kami terombang ambing di kapal menuju Anak Krakatau. Dari kejauhan terlihat gunung nan tegap mengeluarkan asap putih yang cukup tebal. Jangan-jangan kami tidak akan boleh naik sampai puncak kedua, batin saya berbisik. Kami ditemani oleh ranger saat trekking di Anak Krakatau menuju puncak 1 yang tingginya sekitar 100 meter. "Untungnya baru saja hujan jadi tidak terlalu berpasir, kalo lagi kering lebih susah nanjaknya" Reno menjelaskan, berhubung dia sudah 4 kali ke sana pastinya lebih paham medannya. Reno sebagai TS mengajak istri dan sepasang anaknya. Saya kagum pada kedua anaknya Reno yang masih berusia 7 dan 5 tahun, mampu nanjak Anak Krakatau bersama kami tanpa lelah.
Dari kejauhan terlihat Gunung Anak Krakatau yang sedang "batuk" |
Sampai Juga di Anak Krakatau |
Pemandangan Dari Puncak 1 Anak Krakatau |
Takjub akan pemandangan dari puncak 1 sejauh mata memandang, wow. Kami mengabadikan alam itu dengan kamera. Say bertanya kepada ranger yang menemani kami, "Pak, kita tidak naik ke puncak 2?", beliau menjelaskan "kondisinya sekarang tidak memungkinkan". Pupus sudah harapan saya tuk naik ke puncak 2 yang sudah saya duga saat melihat di kapal bahwa pucak sedang berasap. Terus terang saya agak kecewa, tapi sudah lah tak mungkin juga dipaksakan, malah akan mencelakakan diri sendiri. Puas mengambil gambar, kami kembali turun menuju kapal dan perjalanan turun tidak lebih gampang karna saya beberapa kali terpeleset.
Setelah trekking kami bertolak ke tanjung Krakatau (legon pari) dan waktunya snorkeling. Byurr, tubuh saya langsung menyusup kedalam air sesaat jangkar diceburkan. Ternyata karang-karang disana didominasi karang-karang tajam seperti ranting pohon. Sepertinya goncangan karna aktifitas anak gunung menghambat pertumbuhan karang. Meskipun ada anemon-anemon yang saya lihat tapi saya harus berenang agak ketengah laut. Air laut pun agak keruh dan kotor karena ada longsor ditandai dengan serbuk-serbuk kayu dan ranting pohon tergenang dipermukaan air laut. Visibilitas pun jadi berkurang sehingga saya tidak betah berlama-lama di dalam air.
Karang-karang di Legon Pari |
Sekitar pukul 4 sore kami menyudahi aktifitas snorkeling dan kembali ke homestay di Pulau Sebesi. Sepertinya cuaca memang tidak bersahabat, awan mendung menghadang kilauan matahari yang ingin tenggelam. Alhasil kami hanya menikmati rintik-rintik hujan dan percikan air laut akibat gelombang yang cukup tinggi. Sesampainya di homestay, kami membersihkan badan yang sudah lengket lalu mengisi perut kemudian merebahkan badan tuk mengurangi rasa lelah.
Setengah jam sebelum malam pergantian tahun, Reno membangunkan kami tuk menyalakan kembang api. Cedarr cedeer, warna merah kuning biru dan hijau dari kembang api menghiasi langit malam sebagai tanda pergantian tahun, horee tahun baru,, ada harapan-harapan baru pula. Mimpi-mimpi yang belum terwujud semoga bisa kugapai tahun ini, begitulah kira-kira yang ada dibenak saya saat itu. Sehabis pesta kembang api, kami melanjutkan tidur, zzzzzz..
Matahari sudah menampakkan dirinya pagi itu tapi agak terhalang awan mendung. Pukul 7 kami bersiap tuk snorkeling lagi. Menuju pulau Sebuku besar kira-kira 1 jam dari pulau Sebesi. Spot snorkeling di sekitar pulau Sebuku besar itu lebih bagus daripada di Legon Pari. Air nya lebih jernih, banyak anemon beserta ikan nemo yang bersembunyi di dalamnya, banyak ikan kecil mirip ikan teri yang berenang sangat cepat, dan ikan lainya yang lebih bervariasi. Ada juga bulu babi yang bersembunyi di karang, sontak saya langsung menjauh dari tempat bulu babi itu berembunyi karna ingat kejadian di kepulauan seribu saat kaki saya tertusuk bulu babi. Puas snorkeling, kami berpindah ke pulau Umang-umang. Saya kira kami akan snorkeling lagi tapi tidak. Kami hanya mengisi waktu dengan berfoto ria, maklum pantainya lebih bagus daripada pantai disekitaran pulau yang lain. Pasir pantai yang putih dan batu-batu karang besar ditepian pantai jadi hiasan yang memukau. Sudah cukup berpose bak bintang iklan, kami kembali ke homestay di pulau Sebesi yang ada di depan pulau Umang-umang. Mencuci badan dan memberi makan cacing-cacing dalam perut sebelum kami bersiap meninggalkan homestay.
Perjalanan Pulang dari Trip Anak Krakatau |
Rintik hujan hampir selalu menemani kami saat menaikki kapal motor Timbul Cahaya. Kata perpisahan yang tak terucap seakan ditandai oleh rintik hujan. Kami kembali ke pelabuhan Canti lalu melanjutkan perjalanan darat menuju pelabuhan Bakauheni.
Jam 6 sore kami menyeruduk masuk kapal ferri Port Line. Wahh ternyata fasilitas kapal ferri yang satu ini terbilang mewah karna disediakan lounge tuk para penumpang tanpa biaya tambahan. Tak seperti saat kami berangkat dari Merak, yang harus menambah 6 ribu rupiah hanya untuk tidur-tiduran di dalam kapl ferri. Perjalanan 2 jam di dalam kapal ferri Port Line tak terasa karna fasilitas yang mewah itu, di bagian VVIP bahkan ada tempat tuk karokean dan bioskop.
Bermain Kartu dan Bersantai di Kapal Port Line |
Kami saling bertukar cerita pengalaman jalan, ada pula yang bermain kartu uno. Kapal pun bersandar di pelabuhan Merak dan kami mengambil rute menuju rumah masing-masing. Saya sendiri bersama bersama teman yang menuju kp.Rambutan menaikki bus primajasa.
This is the end of my trip but not the last... See ya next journey...